Bagi masyarakat awam AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah
sebuah penyakit mengerikan, karena hingga saat ini belum ditemukan obatnya.
Bahkan ada pemikiran yang mempercayai bahwa AIDS adalah penyakit kutukan Tuhan.
Tapi apakah benar demikian?
Ada pro-kontra tentang
pendapat tersebut. Namun faktanya, jumlah penderita AIDS terus meningkat setiap
tahunnya. AIDS sendiri merupakan penyakit stadium akhir penyakit yang menyerang kekebalan tubuh yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus HIV).
Virus HIV atau dalam
bahasa Indonesia disebut virus imunodifisiensi manusia menyerang sel CD4 yaitu
sel-sel yang penting bagi manusia seperti Sel T pembantu, Makrofaga dan Sel
dendritik. Ada beberapa gejala bagi mereka yang terinveksi oleh virus HIV,
diantaranya berat badan turun tanpa diketahui sebabnya, berkeringat di malam
hari, bercak putih di lidah, mulut, alat kelamin dan anus, serta demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
Karena rusaknya system kekebalan
tubuh, maka penderita AIDS akan lebih mudah terinfeksi berbagai penyakit lain.
Beberapa penyakit yang sering menyerang penderita AIDS adalah Tuberculosis (TB), HIV Associated Nephropathy (HIVAN) dan gangguan neurologis.
Berdasarkan data
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2016 terdapat lebih dari 40.000 kasus inveksi HIV. 7000
orang diantaranya diketahui menderita AIDS dan dengan jumlah kematian lebih dari 800 orang.
Untuk pengobatan
HIV/AIDS, saat ini dunia medis menggunakan Antiretroviral (ARV), walau demikian pengobatan ini belum bisa menyembuhkan 100% penderitanya.
Nah, untuk membahas HIV/AIDS ini, JC Channel mengundang expert di bidang kesehatan, yaitu DR.Andie Hukom.
“Apakah penyakit AIDS
termasuk dalam penyakit kutukan dari Tuhan, menurut pendapat dokter bagaimana
Dok?” demikian pertanyaan yang dilontarkan oleh Daniel Tanamal, host Kata Alkitab di JC Channel.
Dr.Andie memulai dengan
menjelaskan arti kutukan terlebih dahulu, yaitu “Resiko dari perbuatan
sekelompok orang atau seorang manusia yang menentang kehendak atau perintah
Tuhan. Jadi kalau kita menentang kehendak Tuhan dalam bentuk apapun kita
sebetulnya mengambil kutuk itu, atau berpindah dari berkat kepada kutuk. Itulah kutuk secara umum.”
Lalu bagaimana dengan penyakit AIDS?
“Saya pikir harus dilihat
dulu ya, dapatnya dari mana virus itu? Jika dia mendapatkannya karena melakukan
hubungan seks tanpa pelindung dengan berbagai macam pasangan, nah jelas itu
menentang perintah Tuhan tentang jangan berzinah. Jadi boleh kita katakan dia mendapatkan kutukan,” demikian pendapat DR.Andie.
“Tapi jika dia
mendapatkannya dari transfusi yang dia tidak tahu yang kebetulan donor darahnya
ada yang mengidap HIV tanpa diketahui sehingga dia mendapat (virus itu-red).
Maka kita tidak bisa bilang dia melakukan kesalahan. Nah, jadi dia mendapatkan hal itu bukan kutuk,” demikian tegasnya.
Lalu untuk ODHA atau
orang yang terjangkit HIV/AIDS, apakah kita harus mengucilkan atau mengasingkan mereka?
“Saya menentang kalau mereka dikucilkan,” demikian tegas DR.Andie.
“Perlakukanlah manusia
itu seperti manusia, ya kan. Atau dalam Matius 7:12 itu adalah kalimat yang
disebut sebagai aturan emas yang Yesus keluarkan. Apa yang kamu inginkan orang
lain perbuat kepadamu, perbuatlah itu. Kamu ingin dikasih uang, kamu kasih uang
duluan ke orang lain. Kamu ingin dipuji, kamu puji duluan orang lain. Kamu
ingin dibesuk, ingin dijenguk, ingin diajak ngobrol, kamu ajak ngobrol dulu orang lain. Itulah yang jadi dasar kita ya.”
Yosua, salah seorang
JCers mengajukan pertanyaan kepada DR.Andie, “Jadi dulu tuh saya pernah
pelayanan anak-anak jalanan, nah temen saya itu salaman sama anak-anak jalanan
itu. Kami tau kalau ngga sedikit anak-anak itu yang mengidap HIV/AIDS, lalu
tangan temen saya itu ketusuk jarum dan berdarah. Kami curiga kalau jarum itu
sempat ditusukin ke badan anak yang terkena HIV/AIDS. Pertanyaan saya, bisa ngga darah yang sudah kering itu menularkan HIV/AIDS tadi?”
“Tidak semudah itu,”
demikian jelas DR.Andie. “Sebenarnya kita bisa membedah kasus seperti ini,
mulai dari berapa lama kering itu? Kalau sudah lewat dari 6 jam tidak ada
artinya hal itu. Yang lebih penting menurut saya kalau kita masuk ke komunitas
yang seperti ini, kita juga harus siap menerima resiko. Kalau ngga nanti kita
jadi seperti ambivalen, kita melayani tapi kita takut tertular. Kita mau
melayani, kita bilang kita punya panggilan untuk anak-anak yang beresiko, tapi
kita takut tertular. Kan jadi ambivalen, lebih baik cari lagilah, katakana kelompok yang ngga beresiko.”
Nah, jadi dari penjelasan
di atas kita bisa lebih mengerti lagi tentang penyakit AIDS dan berempati
kepada para penderitanya. Jangan dikucilkan, apa lagi berkata bahwa mereka
orang yang dikutuk karena penyakitnya itu. Tapi, jadilah sahabat untuk mereka dan
berilah dorongan semangat untuk menghadapi penyakitnya, sebab selama mereka
percaya kepada kuasa Tuhan Yesus, maka tidak ada yang mustahil mukjizat bisa
terjadi dan mereka mengalami kesembuhan. Jadi, jangan lupa untuk menceritakan
kasih Tuhan dan berdoa bagi mereka ya.
Nah, kalau kamu mengalami
masalah serupa dan butuh teman curhat atau dukungan doa, yuk hubungi SAHABAT24