Kecuali, jika kamu belum pernah berinteraksi dengan siapa pun,
maksudku adalah manusia dalam sejarah kehidupan kamu, itu berarti kamu tidak
akan pernah mengalami konflik.
Namun pada kenyataannya semua kita tentu pernah mengalami kemarahan,
frustasi dan kadang-kadang ledakan emosi sebagai reaksi dari perkataan atau tindakan orang
lain.
Apalagi dalam hubungan pernikahan, iya bukan?
Akan tetapi, membiarkan konflik ini terjadi terus menerus dan menyimpannya di dalam hati ktia, maka itu hanya akan
mencegah hubungan kamu bertumbuh dengan sehat, baik secara pribadi, juga kepada
pasanganmu.
Jadi, sebagai orang Kristen yang sudah mengenal kasih, sangat
penting bagi anda untuk membangun pos-pos
pemeriksaan untuk mengecek komunikasi kita terhadap pasangan kita yang hidup
bersama kita setiap hari, supaya kita bisa
menyelesaikan setiap persoalan yang tentunya akan selalu ada.
Kenapa
kamu harus membangun pos-pos yang berfungsi
untuk memeriksa?
Ya, jika kita sering mengalami frustasi terhadap orang
tertentu, apalagi suami kita, maka kita perlu mundur sebentar, atau kita perlu
merenung dan melakukan analisis objektif terhadap diri kita sendiri dulu.
Mengapa kamu bertindak dengan cara yang sama terus menerus
terhadap persoalan ini? Lalu mengapa terus-menerus
persoalan ini yang terjadi diantara kamu dan pasangan? Apa pemicunya?
Mungkinkan kemarahan kamu, dan sikap kamu adalah cerminan diri
kamu yang sebenarnya bukan pasangan?
Jadi, pertanyaan pertama yang
harus kamu tanyakan ketika frustasi menghadapi
pasangan adalah 'mengapa kamu kesal dengan hal tersebut?'
Ketika kita sedang memeriksa hati, maka perlu untuk bertanya
kepada diri sendiri dulu, mengapa kamu merasa tersinggung dengan cara
pasanganmu yang demikian. Jika apa yang dikatakan atau dilakukan orang itu
membuat kamu merasa nggak dicintai, mungkinkah kamu menyimpan
rasa tidak aman terhadapnya sekian lama?
Mungkin, jika kamu menggali lebih dalam mengenai emosi kamu,
dan rasa frustasi kamu terhadap pasangan, maka kamu akan menyadari bahwa
kemarahan kamu sebenarnya berasal dari rasa traumatis kamu dari hubungan
beracun sebelumnya. Mungkin begitu.
Intinya, kamu harus bertanya kepada dirimu sendiri dulu ya. Apakah kamu bisa mengkontrol keadaan dengan caramu bereaksi?
BACA ARTIKEL LAINNYA :
6 Doa Untuk Suami Yang Kamu Nikahi. Dia Sangat Membutuhkan Ini!
Sebagai pria/wanita Kristen, kita harus berbeda dan berubah.
Ini adalah proses yang sangat sederhana, tapi perlu sekali kamu lakukan.
Lalu, apa
kata Allah atas rasa frustasi dan amarah yang kamu alami dalam pernikahan?
Roma
12:21, "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah
kejahatan dengan kebaikan."
Wow! Menarik bukan Firman Allah ini?
Jika kamu memiliki pengalaman di mana kamu menjadi korban,
entah itu karena pelecehan secara fisik atau kata-kata, pasangan kamu
menghianatimu, maka tindakan terbaik yang bisa kamu lakukan untuk dirimu
sendiri adalah memaafkan.
Bukan berarti kamu memaafkan hal-hal atau tindakan keji yang
mereka lakukan ya, tapi kalian mengampuni dia, sebagaimana dia adalah ciptaan
Allah.
Karena itulah yang Yesus lakukan terhadap kita. Yesus nggak
negosiasi dan menerima dosa yang kita lakukan. Tetap ada konsekuensi, tetapi
Dia mengampuni kita dan menerima kita serta mengizikan kita berubah lebih baik
untuk membuang tindakan dosa itu tadi.
Saya tahu tidak mudah untuk mengkontrol emosi. Tetapi ketika
kamu sedang marah, cobalah untuk mengingat firman Allah di Efesus
4:26,"Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa; janganlah
matahari terbenam, sebelum padam amarahmu."
Emosi adalah hal yang baik dan Tuhan merancangnya sebagai bentuk ekspresi dan pengalaman, tetapi apa yang Allah maksud
melalui firmanNya di atas adalah agar kita tidak membiarkan emosi mendikte
keputusan kita atau menjadi alasan untuk kita bertindak tidak baik.
So, jika
kamu emosi dan frustasi terhadap pasangan atau apa pun, kenapa tidak memeriksa
diri sendiri dahulu baru orang lain?