Serangan
bom yang melanda tiga gereja dan 3 hotel di Sri Lanka jadi perhatian masyarakat
dunia. Bahkan para pemimpin negara menyampaikan keprihatinan mereka atas
peristiwa tragis itu, tak terkecuali dengan Pemimpin Gereja Katolik Roma Paus Fransiskus yang menyampaikan
kecaman keras serangan tersebut dengan menyebutnya sebagai pembantaian yang kejam.
Terkait hal
ini pula tiga lembaga agama di Indonesia menyampaikan pesan duka kepada semua
korban. Menag, PBNU dan PGI bahkan menyampaikan pesan yang sama bahwa peristiwa tersebut benar-benar tidak manusiawi dan bertentangan dengan agama.
PBNU (Pengurus Besar Nadhlatul Ulama) sendiri menyebutnya sebagai ‘kejahatan terorisme yang melawan nilai kemanusiaan’. Tindakan bom bunuh diri pelaku dinilai bukanlah aksi patriotik yang dipercayai oleh agama Islam. “Dalam kehidupan masyarakat beradab, pelaku pengeboman bukan pahlawan dan dalam pandangan Islam mereka tidak matu syahid,” kata Ketua Pengerus Harian PBNU, Robikin Emhas.
Baca Juga : Paskah Berdarah Sri Lanka, Serangan Bom di Tiga Gereja Tewaskan Ratusan Nyawa
“Peristiwa seperti
ini lagi-lagi mengingatkan kita untuk tidak pernah mentolerir segala bentuk
intoleransi dan kekerasan. Oleh karena itu, saya menghimbau seluruh komunitas dunia
untuk mengedepankan dialog dan nilai-nilai kemanusiaan,” terang Pendeta Gomar, seperti disampaikannya Senin (22/4).
Menteri Agama,
Lukman Hakim Saifuddin turut menyampaikan pesan duka yang mendalam atas peristiwa
itu. Dia menyayangkan peristiwa itu justru terjadi ketika umat Kristiani tengah merayakan hari besar keagamaannya.
“Ironi, tragedi
kemanusiaan terjadi justru di momen umat Kristiani sedang memperingati hari
besar keagamaannya. Kami turut berduka. Umat Kristiani diharap tabah, tapi waspada dan tetap menjadi pembawa damai bagi sesama,” kata Menag Lukman.
Dengan tegas,
dia juga menyampaikan bahwa tindakan bom bunuh diri itu adalah bentuk sikap pengecut
dan tidak bertanggung jawab karena dilakukan di rumah ibadah ketika umat beribadah
dengan khusyuk. Dia juga mengingatkan kepada semua warga negara Indonesia (WNI) yang ada di sana untuk tetap waspada.
“Mari tingkatkan
kewaspadaan kita untuk terus menjaga keamanan dan kesucian rumah ibadah kita masing-masing,” terangnya.
Seperti diketahui,
serangan bom di Sri Lanka terjadi pada Minggu pagi waktu setempat. Saat itu
terdengar enam ledakan dan menyebabkan tewasnya lebih dari 200 orang dan 500 orang
lainnya luka-luka.
Bisa dibilang
peristiwa pengeboman ini hampir mirip dengan kejadian pengeboman yang terjadi di
Surabaya tahun 2018 lalu. Kendati motif pelaku masih terus diselidiki, mari terus
berjaga-jaga dalam doa supaya rumah Tuhan tidak dijadikan sasaran serangan teroris.