Bagi orang Kristen, Paskah adalah momen perayaan kematian dan kebangkitan Yesus, sejarah terbesar yang pernah ada.
Kita mengenal perayaan ini sebagai momen penebusan dosa yang
dilakukan Yesus bagi semua orang. Itu artinya, saat kita ditebus maka kita dijadikan
sebagai manusia baru. Tahukah kamu, saat kita menjadi baru itu artinya segala
aspek kehidupan kitapun dibuat jadi baru oleh Yesus sendiri, termasuk pernikahan kita.
Karena itu, jangan hanya merayakan momen Paskah ini dengan
biasa-biasa saja. Petiklah pelajaran soal cinta, yang bisa kembali membangun pernikahanmu.
Ada 3 pelajaran pernikahan yang bisa dipetik dari Paskah, diantaranya:
1) Pengorbanan Yesus mengajarkan soal mengasihi tanpa pamrih
Yesus sudah mengalami penderitaan yang tak terkira saat perjalanan
penyaliban-Nya. Hal itu semata-mata Dia lakukan karena kasihNya yang tak terkira atas kita.
Kasihilah suami atau istrimu tanpa pamrih. Karena itu adalah cara terbaik untuk membuat pernikahanmu tetap kuat.
Pastinya sulit untuk melakukan hal ini, mengingat tak semua pasangan
terpanggil untuk bisa mengasihi pasangan sepenuhnya. Tapi sebelum mencobanya,
jawablah pertanyaan kapan terakhir kali kamu rela mengorbankan waktu, energi,
emosi atau uangmu untuk kebutuhan pasanganmu? Kalau kamu sudah jarang melakukan
hal ini, momen Paskah ini jadi babak baru untukmu mengubah perilakumu terhadap pasangan.
“Tidak ada
kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15: 13)
2) Hubungan yang baik lebih penting daripada menaati aturan atau mempertahankan hak
Satu-satunya alasan Yesus mati di kayu salib adalah karena Dia
ingin menjadikan kita sebagai pengantin perempuan-Nya untuk selama-lamanya. Dia
bukan hanya membuat jalan bagiku untuk bisa sampai kepada Allah. Tapi Yesus juga
rindu supaya kita bisa dekat dengan Allah Bapa bahkan saat kita masih ada di dunia
ini. Yesus datang bukan untuk kita mampu hidup di tengah dunia, tapi supaya kita bisa bersama-sama dengan Dia.
Di dalam Yesus, kita bisa meneladani tindakan kasih yang radikal.
Dia sudah banyak meluruskan berbagai pemahaman yang keliru di tengah dunia.
Berkali-kali, Yesus menekankan bahwa hubungan yang baik dengan orang lain jauh
lebih penting dibandingkan dengan menaati aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Bukankah di pernikahan kita juga banyak sekali membuat aturan-aturan
tak tertulis? Aturan itu bisa berasal dari pemikiran kita, dari tradisi atau dari
aturan yang ditetapkan masyarakat atau sebuah lembaga tertentu. Selama hal itu bertujuan
untuk kebaikan sebuah pernikahan, aturan itu memang tak salah. Tapi akan jadi
salah kalau kita menempatkannya sebagai aturan tertinggi di atas dari
hubunganmu dengan pasangan. Untuk menciptakan hubungan yang tetap harmonis dalam pernikahan, suami istri bahkan harus rela mengesampingkan hak-hak pribadinya.
Melepaskan hak dalam hal ini bisa digambarkan dengan beberapa kasus. Misalnya, saat pasangan melakukan kesalahan apakah kamu justru memaafkan dan melepaskan berkat bagi pasanganmu? Atau apakah kamu masih tetap berbelas kasihan saat istrimu berlaku tak sopan kepadamu? Pastinya tindakan-tindakan ini bertentangan dengan sifat alamiah manusia yang berusaha untuk melindungi diri sendiri. Tapi intinya adalah kita harus membangun keintiman dengan pasangan lebih dulu daripada yang menuntut keinginan kita sendiri.
Baca Juga :
Ini 5 Kata Yesus Soal Pernikahan di Dalam Alkitab
8 Alasan Pasangan Kristen Perlu Ikuti Retret Pernikahan Gereja
3) Selalu ada harapan dan janji kekal bagi pernikahan
Setelah mengikut Yesus beberapa waktu lamanya, para murid tampaknya
sudah menyerahkan hidup mereka sepenuhnya untuk mengikut Dia. Tapi kepercayaan yang
mereka taruh di dalam Yesus tiba-tiba luntur saat menyaksikan Yesus mati di kayu salib.
Murid-muird tiba-tiba kehilangan harapan dan arah. Mereka lupa dengan semua janji dan harapan yang Yesus sampaikan untuk masa depan.
Kondisi ini gak jauh berbeda dengan pernikahan yang sedang menghadapi
banyak masalah. Saat baru menikah, suami istri telah menyepakati untuk selalu bersatu
dan saling mengasihi. Tapi seiring waktu, masalah demi masalah muncul dan mengguncang
hubungan suami istri. Mereka mulai ragu dengan masa depan pernikahan mereka. Hubungan
suami istri bisa retak karena kondisi keuangan, kehilangan pekerjaan atau kondisi kesehatan pasangan dan anak.
Pasangan suami istri terus bersitegang. Mereka bahkan sudah
lupa dengan janji Tuhan atas pernikahan mereka. Akibatnya, mereka berada sama seperti posisi murid-murid ketika kematian Yesus.
Tapi tahukah kamu, kematian Yesus bukanlah akhir dari
segala-galanya. Yesus membuktikan bahwa Dia bangkit dan memulihkan segala
sesuatu. Artinya, kematian Yesus membawa harapan dan pemulihan yang baru bagi murid-murid.
Begitu juga dengan pernikahanmu. Sangat mungkin bagi Tuhan untuk
memakai kesulitan dalam pernikahan untuk tujuan yang lebih indah dan hubungan yang
lebih kuat antara suami istri.
Tuhan
mau kematianNya di kayu salib membawa pembaharuan yang kekal bagi kehidupan kita.
Jadi, jika kamu ingin mengalami kemenangan dalam pernikahanmu, lakukanlah 3 pelajaran
pernikahan dari Paskah ini.