Bagi kebanyakan kita, ayat Filipi 4: 13 bisa dibilang adalah
ayat yang paling banyak digemari. Bukan cuma berisi ayat yang sangat kuat, tapi juga mudah dihafal karena terbilang pendek.
Tapi berapa banyak orang yang sadar kalau ayat ini muncul dari
kalimat yang berasal dari ayat sebelumnya. Rasul Paulus, sebagai penulis ayat ini menyebutkan dalam ayat 12 tentang ‘kekurangan’ dan ‘kelimpahan’.
Aku tahu
apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam
segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal
kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. (Filipi 4: 12)
Dua kata ini tentu saja sangat relevan dalam kehidupan kita. Ada
banyak orang yang mengalami kekurangan dan ada juga banyak yang mengalami kekurangan.
Dan konteks ini sendiri pernah disampaikan Paulus kepada Timotius, dimana dia mengingatkan
bahwa rasa cukup itu memberi keuntungan besar atas hidup kita (1 Timotius 6: 6).
Kemudian Paulus datang dan menyampaikan hal yang sama kepada jemaat di Filipi. Dia meluruskan pandangan orang-orang percaya tentang apa itu rasa puas, bahwa dalam segala sesuatu kondisi mereka harus menjaga iman kepada Tuhan. Bukan malah menjadi kecewa dan akhirnya melakukan apapun untuk mendapatkan kepuasan menurut standar dunia.
Baca Juga :
Evigo Jermia: Baru Puas Bila Ada Pertumpahan Darah
Miliki Hidup Berkelimpahan Sekarang
Surat Paulus menekankan tentang sistem kerja kerajaan surga. Sama
seperti yang disampaikan Yesus dalam Matius 5, bahwa yang lemah, miskin dan
lapar lah yang akan menerima warisan. Yesus sendiri menginginkan kita bisa menjadi
seperti yang ditulis dalam Filipi 4: 13. Tapi untuk menjadi seperti itu, Yesus harus
menghancurkan benteng yang kita bangun sendiri dengan membawa kita melewati Filipi 4: 12.
Kita bisa melewati hari-hari kita yang buruk dan mengjengkelkan.
Atau melewati kondisi kekurangan atau kelimpahan kita, hanya kalau kita sudah belajar
untuk membersihkan selang-selang pikiran kita yang tersumbat dan mengarahkan pandangan kita kepada Yesus sebagai sumber dari segala yang kita perlu (Kolose 2: 3).
Kita sering berkata ‘aku bisa menanggung segala sesuatu di
dalam Kristus yang memberi kekuatan bagiku’. Tapi untuk bisa melakukannya, kita harus jadi orang yang bisa puas dalam segala hal.
Bahan Renungan:
Hari ini, mari merenungkan ayat Filipi 4: 12 ini sekali lagi.
Tanyakan pada diri kita, apakah kita sudah berhasil melewati masa-masa sulit
maupun mudah dalam hidup kita dengan tetap berpegang teguh pada iman kita? Kalau
belum, berarti kita belum jadi orang-orang yang mengalami kepuasan di dalam Kristus.
Untuk bisa menang dalam segala keadaan, kita perlu mematikan keinginan kita
sendiri setiap hari. Mematikan kebutuhan kita akan banyak hal yang belum kita
punya. Saat kita tetap bersukacita menjalani hari-hari ini, itu artinya level
iman kita meningkat dan siap untuk Tuhan pakai melakukan perkara-perkara besar.
Mari ambil waktu sebentar untuk merenungkan beberapa hal yang
mungkin membuat kita belum puas. Sehingga kita akhirnya memalingkan wajah kita dari
Tuhan. Mintalah tuntunan Tuhan untuk memimpin kita hari ini kepada kepuasan sejati
di dalam Kristus.