Seorang ibu bernama Aiden Molina mengeluhkan kebiasaan anaknya yang masih berusia 8 tahun yang mulai kecanduan dengan game online Fortnite.
“Anakku bermain Fortnite hampir sepanjang hari. Menurutku game
online Fortnite itu telah mengubah perilakunya, sikapnya. (Dia) menjadi pembangkang (sekarang),” katanya.
Putra ibu Aiden hanyalah satu dari sekian banyak anak yang kena
virus kecanduan Fortnite. Ada banyak diantaranya yang bahkan kedapatan tak bisa lepas dari game tersebut dan dipaksa harus menjalani rehabilitasi oleh orangtuanya.
Fortnite ini sendiri merupakan game online yang menampilkan area
pertempuran yang bisa dimainkan oleh kurang lebih 100 orang di dalamnya. Dengan
dilengkapi senjata api dan benda tajam, para pemain akan diajak untuk berlagak seperti prajurit perang yang harus berhasil mengalahkan musuhnya.
Siapa sangka, kecanduan Fortnite ini sendiri malah dihubungkan
dengan kejadian penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru yang disiarkan
oleh pelaku secara online di media sosialnya. Banyak pihak yang kemudian menilai kalau siaran langsung penembakan itu persis seperti memainkan video game Fortnite.
Secara terang, pelaku bernama Brenton Tarrant itu menyampaikan kalau dirinya terlatih menjadi pembunuh lewat game online tersebut. Mengerikan bukan?
Jangan sampai anak-anak kita mengalami itu. Kalau pun sudah menunjukkan
tanda-tanda kecanduan, akan lebih baik mengetahuinya sebelum terlambat. Salah
satu hal yang harus diketahui orangtua adalah bahwa game online ini, menurut para
ahli, bisa menyebabkan perubahan sikap dan tindakan anak. Yang artinya, Fortnite bisa mempengaruhi otak anak dan berakibat pada gangguan mental.
Dalam sebuah artikel yang ditulis di Telegraph.co.uk, disebutkan bahwa Fortnite dan video game lain yang menyebabkan
kecanduan bisa menimbulkan efek buruk kepada otak sama buruknya dengan gangguan mental pada penggunaan obat-obatan terlarang dan juga minuman keras.
Para ahli medis menyampaikan kalau game online bisa menyebabkan perubahan fungsi dan struktur otak seperti yang dialami oleh pecandu narkoba dan alkohol. Hal ini terjadi karena bagian impulsive otak, yang dikenal dengan sistem amygdala-striatal di dalam otak tak lagi sensitif terhadap informasi. Selain itu, konten game online di Fortnite juga bisa mempengaruhi sikap dan tindakan anak. Seperti contoh yang dialami oleh anak perempuan yang intens bermain Fortnite selama 10 jam setiap hari mengalami perubahan perilaku. Dia bahkan tak segan menyerang ayahnya saat video gamenya disita. Sementara seorang anak remaja asal Amerika yang menghabiskan waktunya sepanjang hari dengan video gamenya dikabarkan tega menembak ayahnya dengan pistol yang dibelinya sendiri.
Baca Juga :
Pecandu Game Online Terkurung Enam Tahun
Pelaku Penembakan Masal di Munich: Remaja Yang Terobsesi Game Online Kekerasan
Kasus-kasus tak lazim seperti ini pada akhirnya mendorong Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kondisi darurat kecanduan game online dan menyatakan jika kecanduan permainan online semacam Fortnite sebagai gangguan mental.
Untuk mencegah supaya anak tidak kecanduan game online atau
bahkan tak ingin terlibat dengan permainan ini, orangtua bisa melakukan beberapa hal di bawah ini.
1. Libatkan anak dalam kegiatan-kegiatan luar ruang yang menantang. Kalau anak nggak
menunjukkan ketertarikan, mulai buat kesepakatan untuk memberlakukan batasan untuk
bermain. Misalnya, boleh main game tapi setelah mengerjakan PR atau menyelesaikan tugas-tugas rumah.
2. Simpan game di tempat yang nggak bisa dijangkau anak sembarangan. Kalau ternyata
anak punya video game di rumah, pastikan untuk menyimpannya di ruang tersembunyi
atau yang terkunci. Hal ini membantu orangtua untuk tetap bisa membatasi anak bermain
game online. Tapi kalau ternyata anak bermain lewat ponselnya, buatlah peraturan soal kapan dan berapa lama anak bisa memakai ponselnya.
3. Jika anak
ternyata sudah menunjukkan tanda-tanda pemberontakan atau kecanduan, segera bawa anak memeriksakan diri. Kebanyakan dari kasus anak yang kecanduan parah terhadap
game online terpaksa harus mendapatkan rehabilitasi. Dan ini tentu saja alternatif
pengobatan yang terakhir, jika metode pertolongan pertama pada anak tak lagi mempan.
Dengan mengetahui fakta penting dibalik game online ini, diharapkan
kepada orangtua untuk benar-benar melakukan pengawasan kepada anak. Selain itu,
sampaikan dengan baik dampak buruk yang disebabkan oleh kecanduan game ini
supaya anak bisa lebih mengontrol diri saat bermain.