Perdebatan soal
alkitabiah tidaknya ‘altar calls’ atau panggilan altar, yang merupakan bagian
dari kegiatan yang ditambahkan di ibadah-ibadah gereja, telah menjadi topik bahasan yang masih hangat.
Namun meluruskan
status ‘altar calls’ ini, Todd Wagner yang merupakan pendeta senior dari Watermark
Community Church, Dallas, Texas menyampaikan pendapatnya kalau panggilan altar bisa
dibilang ‘bukan tidak alkitabiah dan juga ‘tidak bisa dibilang kewajiban’. Karena itulah dia tidak terlalu sering melakukan altar call di gerejanya.
Salah satu masalah
besar yang diperdebatkan oleh para pendeta dan teologis soal panggilan altar adalah
ketika pendeta memimpin panggilan altar dengan menggunakan ucapan yang salah. Karena
dengan hal ini, mereka yang merespon secara spontan dengan maju dan mengucapkan
doa yang diikuti pernyataan menerima Yesus Kristus bisa saja melakukannya karena emosi dan bukan dorongan imannya.
“Saya tidak bilang kalau Anda keliru kalau melakukan panggilan altar. Saya memberitahu Anda kalau Anda mungkin masih belum mendapat keselamatan jika Anda menanggapi panggilan altar dan Anda mungkin keliru sebagai pemimpin pastoral jika mengatakan ‘Kami mengalami perubahan’ hanya karena orang-orang maju ke depan,” ucap Wagner, seperti dikutip Christianpost.com.
Baca Juga :
Ketahuan Dijual di Turki, Alkitab Berusia 1200 Tahun Ini Diamankan
Alami Penyiksaan dari ISIS, Orang-orang Suriah Ini Pilih Terima Yesus
Sementara Jonathan
Leeman, Direktur Editorial dari 9Marks, justru tak percaya dengan panggilan altar.
Dia menilai kalau hal itu hanya menyebabkan dampak buruk kepada gereja-gereja di Barat.
“Panggilan altar
bergantung pada skekuatan emosi, bujukan retoris, dan tekanan sosial untuk
mendorong orang membuat keputusan yang terburu-buru dan prematur. Dan menerima profesi tidak sama dengan memuridkan,” kata Leeman.
Wagner dan pendeta
lainnya berpendapat kalau panggilan altar merupakan warisan budaya dari
kebangunan rohani yang muncul seabad yang lalu. Mereka yang kerap melakukan prosesi
ini diantaranya penginjil Dwight Moody, Billy Sunday dan Billy Graham. Umumnya mereka
mengundang orang untuk tampil ke depan untuk membuat pengakuan di depan altar setelah khotbah.
Wagner bahkan
berpendapat kalau pendeta kebangunan rohani Charles Finney, yang berkontribusi dalam
Kebangunan Rohani Agung Kedua, dikenal karena menggunakan hal itu sebagai taktik manipulative untuk membangkitkan respon.
“Dia
memasang kursi gelisah di depan. Kalau Anda merasa ada sesuatu yang mengaduk di
dalam diri Anda, Anda bisa datang ke bangku dan seseorang…akan berdoa bersama
mereka…sampai mereka melewati batas, sampai Anda membuat keputusan,” jelas Wagner.
Dia menilai
taktik itu bukanlah cara yang terbaik untuk mengukur keberhasilan khotbah seorang
pendeta. Keberhasilan khotbah bukanlah respon emosional langsung dari orang lain.
“Saya tidak
ingin Anda melakukan sesuatu karena saya persuasif dalam berbicara, kata Paulus
dalam 1 Korintus 2, atau bahwa skata-kata saya mengesankan dengan cara apapun.
Aku ingin kamu datang karena Roh Allah manusuk hatimu dan aku telah setia. Khotbah yang baik adalah setia kepada Alkitab dan
memberitahu orang-orang kebenaran tentang siapa mereka dan siapa Yesus dan perlunya menanggapi Dia,” jelasnya.
Berbeda dengan
pendapat tersebut, David Guzik seorang pendeta yang mengajar di Calvary Chapel
of Santa Barbara menilai kalau panggilan altar adalah alkitabiah dan penting. Sesi itu juga harus dilakukan tanpa harus menggunakan taktik manipulatif.
“Pada intinya,
pertanyaan tentang panggilan altar adalah: Apakah pantas bagi pengkhotbah untuk
memanggil pendengarnya untuk memutuskan soal Yesus Kristus? Dari sudut pandang
Perjanjian Baru, jawabannya adalah tentu saja ya. (Mereka) sudah sepantasnya meminta keputusan,” kata Guzik.
Meresponi
apa yang diucapkan David, Wagner mencoba menjelaskan bagaimana Petrus berkhotbah
tentang pesan injil dan mengajarkan kebenaran. Saat orang-orang bertanya kepadanya
soal cara untuk bisa diselamatkan.Petrus menjawab bahwa mereka harus mengakui
dengan mulut mereka bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hati mereka bahwa Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati.
“Kita tidak diselamatkan karena kita datang ke panggilan altar. Kita diselamatkan karena keyakinan yang mendalam dan teguh tentang siapa Yesus dan pengorbanan-Nya atas dosa kita,” terang Wagner.
Tentu saja dua
pendapat yang berbeda ini membuat banyak orang masih dalam kebingungan
menentukan apakah altar calls itu alkitabiah atau tidak. Tapi sebagai orang
percaya, kita meyakini bahwa keselamatan itu hanya akan kita terima jika kita mengaku
percaya kepada Yesus dengan iman. Kemudian menerima baptisan dan mau dimuridkan.
Inilah tiga tahapan yang memastikanmu mendapatkan identitas baru sebagai anak
Allah.