Perdebatkan Alkitabiah Tidaknya ‘Altar Call’, Para Pendeta Ini Sampaikan Pandangannya
Sumber: Neighborhood Church

Internasional / 15 February 2019

Kalangan Sendiri

Perdebatkan Alkitabiah Tidaknya ‘Altar Call’, Para Pendeta Ini Sampaikan Pandangannya

Lori Official Writer
6347

Perdebatan soal alkitabiah tidaknya ‘altar calls’ atau panggilan altar, yang merupakan bagian dari kegiatan yang ditambahkan di ibadah-ibadah gereja, telah menjadi topik bahasan yang masih hangat.

Namun meluruskan status ‘altar calls’ ini, Todd Wagner yang merupakan pendeta senior dari Watermark Community Church, Dallas, Texas menyampaikan pendapatnya kalau panggilan altar bisa dibilang ‘bukan tidak alkitabiah dan juga ‘tidak bisa dibilang kewajiban’. Karena itulah dia tidak terlalu sering melakukan altar call di gerejanya.

Salah satu masalah besar yang diperdebatkan oleh para pendeta dan teologis soal panggilan altar adalah ketika pendeta memimpin panggilan altar dengan menggunakan ucapan yang salah. Karena dengan hal ini, mereka yang merespon secara spontan dengan maju dan mengucapkan doa yang diikuti pernyataan menerima Yesus Kristus bisa saja melakukannya karena emosi dan bukan dorongan imannya.

“Saya tidak bilang kalau Anda keliru kalau melakukan panggilan altar. Saya memberitahu Anda kalau Anda mungkin masih belum mendapat keselamatan jika Anda menanggapi panggilan altar dan Anda mungkin keliru sebagai pemimpin pastoral jika mengatakan ‘Kami mengalami perubahan’ hanya karena orang-orang maju ke depan,” ucap Wagner, seperti dikutip Christianpost.com.

Baca Juga :

Ketahuan Dijual di Turki, Alkitab Berusia 1200 Tahun Ini Diamankan

Alami Penyiksaan dari ISIS, Orang-orang Suriah Ini Pilih Terima Yesus

Sementara Jonathan Leeman, Direktur Editorial dari 9Marks, justru tak percaya dengan panggilan altar. Dia menilai kalau hal itu hanya menyebabkan dampak buruk kepada gereja-gereja di Barat.

“Panggilan altar bergantung pada skekuatan emosi, bujukan retoris, dan tekanan sosial untuk mendorong orang membuat keputusan yang terburu-buru dan prematur. Dan menerima profesi tidak sama dengan memuridkan,” kata Leeman.

Wagner dan pendeta lainnya berpendapat kalau panggilan altar merupakan warisan budaya dari kebangunan rohani yang muncul seabad yang lalu. Mereka yang kerap melakukan prosesi ini diantaranya penginjil Dwight Moody, Billy Sunday dan Billy Graham. Umumnya mereka mengundang orang untuk tampil ke depan untuk membuat pengakuan di depan altar setelah khotbah.

Wagner bahkan berpendapat kalau pendeta kebangunan rohani Charles Finney, yang berkontribusi dalam Kebangunan Rohani Agung Kedua, dikenal karena menggunakan hal itu sebagai taktik manipulative untuk membangkitkan respon.

“Dia memasang kursi gelisah di depan. Kalau Anda merasa ada sesuatu yang mengaduk di dalam diri Anda, Anda bisa datang ke bangku dan seseorang…akan berdoa bersama mereka…sampai mereka melewati batas, sampai Anda membuat keputusan,” jelas Wagner.

Dia menilai taktik itu bukanlah cara yang terbaik untuk mengukur keberhasilan khotbah seorang pendeta. Keberhasilan khotbah bukanlah respon emosional langsung dari orang lain.

“Saya tidak ingin Anda melakukan sesuatu karena saya persuasif dalam berbicara, kata Paulus dalam 1 Korintus 2, atau bahwa skata-kata saya mengesankan dengan cara apapun. Aku ingin kamu datang karena Roh Allah manusuk hatimu dan aku telah setia.  Khotbah yang baik adalah setia kepada Alkitab dan memberitahu orang-orang kebenaran tentang siapa mereka dan siapa Yesus dan perlunya menanggapi Dia,” jelasnya.

Berbeda dengan pendapat tersebut, David Guzik seorang pendeta yang mengajar di Calvary Chapel of Santa Barbara menilai kalau panggilan altar adalah alkitabiah dan penting. Sesi itu juga harus dilakukan tanpa harus menggunakan taktik manipulatif.

“Pada intinya, pertanyaan tentang panggilan altar adalah: Apakah pantas bagi pengkhotbah untuk memanggil pendengarnya untuk memutuskan soal Yesus Kristus? Dari sudut pandang Perjanjian Baru, jawabannya adalah tentu saja ya. (Mereka) sudah sepantasnya meminta keputusan,” kata Guzik.

Meresponi apa yang diucapkan David, Wagner mencoba menjelaskan bagaimana Petrus berkhotbah tentang pesan injil dan mengajarkan kebenaran. Saat orang-orang bertanya kepadanya soal cara untuk bisa diselamatkan.Petrus menjawab bahwa mereka harus mengakui dengan mulut mereka bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hati mereka bahwa Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati.

“Kita tidak diselamatkan karena kita datang ke panggilan altar. Kita diselamatkan karena keyakinan yang mendalam dan teguh tentang siapa Yesus dan pengorbanan-Nya atas dosa kita,” terang Wagner.

Tentu saja dua pendapat yang berbeda ini membuat banyak orang masih dalam kebingungan menentukan apakah altar calls itu alkitabiah atau tidak. Tapi sebagai orang percaya, kita meyakini bahwa keselamatan itu hanya akan kita terima jika kita mengaku percaya kepada Yesus dengan iman. Kemudian menerima baptisan dan mau dimuridkan. Inilah tiga tahapan yang memastikanmu mendapatkan identitas baru sebagai anak Allah.

Sumber : Christianpost.com/Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami