Dari tahun ke tahun perayaan Hari Kasih Sayang atau Valentine’s
Day mengundang kontroversi. Beragam penolakan dari berbagai pihak bermunculan, khususnya dari kelompok keyakinan non Kristiani.
Lembaga keagamaan Islam, Majelis Ulama Indonesia (MUI)
sendiri sudah sejak lama mengeluarkan fatwa larangan bagi umat Islam khususnya
remaja dan anak mudanya untuk merayakan Hari Valentine. Salah satu alasan pelarangan
ini adalah bahwa Valentine bukan tradisi Islam. Memperingatinya dianggap sebagai sesuatu yang haram.
Alasan itu pula yang melatarbelakangi maraknya penolakan Hari
Valentine saat ini. Seperti halnya Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman, yang
baru-baru ini, mengingatkan warga Aceh untuk tidak merayakan Valentine pada 14
Februari 2019 mendatang. Dia menegaskan Valentine bukan budaya masyarakat Aceh dan bahkan sangat bertentangan dengan hukum syariat Islam yang berlaku diprovinsi tersebut.
“Hari Valentine bertentangan dengan syariat Islam dan bukan budaya
masyarakat Aceh yang mayoritas Islam,” kata Aminullah Usman pada Rabu, 30 Januari 2019 lalu.
Bukan hanya melarang remaja, pemuda dan masyarakat muslim, tapi dia juga mengingatkan perhotelan, restoran, warung kopi, kafetaria dan tempat hiburan untuk tidak memfasilitasi hari Valentine.
Baca Juga :
MUI Haramkan Perayaan Valentine’s Day
Valentine, Hari Kasih Sayang Dunia
Sementara di Surabaya, berbagai lembaga keagamaan juga
menggelar aksi senada. Semisal, Jama’ah Ansharusy Syari’ah (JAS) menyebutkan
dalam spanduk aksinya dengan kalimat ‘Muslim
Haram merayakan VALENTINE DAY. V-Day = Hari Zina Internasional’. Lembaga ini
menilai jika Valentine Day hanya menjadi sumber terjadinya perilaku-perilaku menyimpang
bagi generasi muda. Mereka juga menekankan kalau hari kasih sayang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Hal ini juga diikuti oleh Komunitas Peduli Hijab Jakarta. Dalam
kegiatan car free day pada Minggu (10/2)
kemarin, komunitas ini mengajak kaum perempuan Muslim untuk mengikuti syariat Islam dengan menutup aurat dan tidak merayakan Valentine.
Lalu apakah Hari Valentine memang gak pantas dirayakan?
Ditilik dari sejarahnya, Hari Valentine sebenarnya muncul dari
kisah orang suci Katolik Roma bernama Santo Valentinus. Pada 143 masehi, dia mengemukakan
gagasan hidup dengan cinta dan kasih sayang. Ide ini kemudian diminati kebanyakan
pemuda. Alhasil, tradisi merayakan hari kasih sayang pun berkembang di abad ke 19 Masehi.
Meskipun budaya ini berasal dari Roma, Italia. Tapi perayaan Valentine
sudah begitu mendunia. Setiap tanggal 14 Februari, semua orang merayakannya dengan
meriah dan diidentikkan dengan pemberian coklat kepada orang-orang yang disayangi.
Perayaan Hari Valentine pada umumnya dipandang sebagai satu
momen untuk menyebar kasih kepada semua orang baik antara pasangan, teman dan orang-orang
terdekat. Jadi, sejak awalnya perayaan hari kasih sayang ini bertujuan untuk menyebar nilai positif soal kasih sayang.
Sayangnya, sebagian orang menilai Valentine Day dari sudut pandang
negatif. Mereka melabeli perayaan ini sebagai hari maksiat karena menyaksikan sebagian
orang memanfaatkan Valentine untuk melakukan tindakan yang tidak pantas. Kenapa
mereka melakukannya? Karena mereka kehilangan makna Hari Kasih Sayang yang sesungguhnya.
Jika semua orangtua mengajarkan anak soal makna Hari Kasih
Sayang ini, pastinya anak-anak remaja maupun anak muda akan merayakannya dengan
benar dan pantas.
Jadi Valentine bukan soal perayaan agama tertentu, tapi hari istimewa
ini adalah soal bagaimana kita diingatkan kembali tentang bagaimana cara kita
seharusnya menunjukkan kasih kita kepada orang lain. Dan sudah seharusnya kita menyebarkan
cara mengasihi itu setiap hari kepada semua orang.