Seorang pendeta
Myanmar tewas setelah diculik dengan todongan senjata. Pendeta Tun Nu terakhir
dilihat masih dalam keadaan hidup di rumahnya pada 19 Januari 2019. Sekelompok
tentara pemberontak mendatangi rumahnya dan membawanya pergi dengan ditodong
senjata api.
“Dia dibunuh bersama
dengan beberapa orang lain yang diculik oleh pasukan pemberontak di wilayah
Rakhine di Myanmar, sebuah wilayah yang terpecah karena konflik dengan
Rohingya. Selama hampir dua minggu Pendeta Tun hilang, polisi local dan pasukan
pemerintah tidak dapat menemukannya,” demikian pernyataan resmi dari Gospel for
Asia, lembaga dimana Pendeta Tun bernaung.
“Kami hancur hati mengetahui kematian Pendeta Tun, dan kami mengajak kalian untuk berdoa bersama kami untuk istrinya dan keluarganya, dan juga gerejanya saat ini, semoga mereka merasakan penghiburan, ketenangan dan kekuatan dari Tuhan,” demikian ungkap Dr. KP Hohannan, pendiri GFA.
Baca juga :
Diskriminasi Kristen di Myanmar Terus Berkobar, Orang Kristen Ditangkap dan Gereja Ditutup
Mengerikannya Nasib Kristen Myanmar, Puluhan Gerejanya Dihancurkan Kelompok Bersenjata
“Para saudara dan
saudari kami di ladang pelayanan tahu bahwa, seperti Yesus katakan, mereka
pergi sebagai ‘domba ditengah-tengah srigala.’ Seperti Pendeta Tun, mereka rela
mengorbankan nyawanya, jika diperlukan, untuk memberitakan kasih Tuhan yang
besar kepada mereka yang belum pernah mendengarkan Kabar baik,” tambahnya.
Pendeta Tun
meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak, selama ini mereka tinggal dan
menggembalakan jemaat di daerah yang rawan di wilayah Rakhine, Myanmar. Selama
20 tahun melayani, dia secara konsisten memberitakan kasih Kristus kepada
banyak orang dan membangun beberapa persekutuan.
Mari berdoa bagi
keluarga Pendeta Tun dan juga para hamba-hamba Tuhan yang berjuang untuk
memberitakan Injil di wilayah-wilayah yang rawan. Kiranya kasih dan sukacita
Tuhan menguatkan mereka dalam menjalankan tugas mulia tersebut.