Pernah nggak sih memperhatikan
kapan waktu terakhir kita merekomendasikan sesuatu pada teman? Rekomendasi yang
berisikan sebuah informasi tentang betapa bagusnya suatu produk, atau nikmatnya belanja di suatu tempat karena sangat praktis.
Ingatkah kapan terakhir kali kita bercerita tentang enaknya suatu makanan yang ada di sekitar kantor? Atau pujian yang dilayangkan pada satu instansi tertentu karena pelayanannya yang luar biasa? Tidak banyak di antara kita yang punya kebiasaan untuk menyebarkan hal positif tentang sesuatu.
Tetapi, sekalinya kita menerima masalah atau complain akan sesuatu, rasanya mudah sekali hal tersebut terlontar oleh mulut kita. Sebagai pribadi, seringkali ribuan kebaikan akan tertutupi oleh satu kesalahan saja. Kita menikmati pelayanan atau produk tertentu dan ketika menyukainya, kita memilih untuk diam dan tidak bercerita. Tetapi sekalinya mengalami satu pengalaman buruk, kita langsung gembor-gembor di media sosial.
Kalau hal ini
sampai terjadi, kayaknya tinggal tunggu waktu saja tentang kapan sebuah brand
atau merek bisa bertahan di pasaran. Bagi sebuah bisnis, sebuah cerita pengalaman akan sangat mendongkrak penjualan mereka.
Sebagian dari
kita juga pasti sering bertanya soal kapan waktu terbaik untuk mengakhiri atau
memulai sesuatu. Baik itu belajar, bekerja, atau memutuskan untuk berwirausaha.
Salah satu motivator terkenal sering berkata kalau tidak ada bisnis yang jauh lebih baik dibandingkan dengan sebuah bisnis yang dijalankan sekarang juga.
Waktu adalah
sebuah penentu sekaligus sesuatu hal paling berharga yang kita miliki sekarang
ini. Kita sering meminta pada Tuhan soal waktu terbaik. Padahal, waktu sendiri
terkadang bersifat sangat relatif. Kita kebanyakan menunggu waktu yang tepat, tanpa tahu sebenarnya kalau waktunya kita adalah sekarang ini.
Begitu pula
dalam pelayanan. Ada yang memutuskan untuk melayani Tuhan saat menikah nanti,
tetapi kenyataannya, saat sudah menikah pun, orang tersebut tidak kunjung
bersedia untuk melayani Tuhan. Sekalinya ia bersedia, umurnya sudah tidak lagi seproduktif dulu.
Pengkhotbah
11:4, “Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.”
Karena kita
selalu mencari-cari waktu yang terbaik, satu kebiasaan pun timbul dalam diri
kita: menunda. Seperti Pengkhotbah katakan di atas tadi, bahwa waktu yang
terbaik adalah saat ini. Lakukanlah yang terbaik yang kita bisa sekarang juga. Bukan besok atau lusa.
Setiap hal
pasti punya resikonya tersendiri, bahkan sekali pun hal tersebut adalah sesuatu
yang baik. Tetapi, resiko yang ada tersebut tidak berarti harus menahan kita
untuk melakukan sesuatu hal. Justru, masalah dan resiko akan menjadi jauh lebih
besar ketika kita memutuskan untuk tidak melakukannya segera. Ingat deh, makin
kita menunggu, maka karya kita akan semakin berhenti sekarang juga.
Nggak perlu menunggu siap untuk melakukan hal yang baik, kok. Cukup berserah dan melakukan yang terbaik. Dengan begitu, Tuhan sendiri yang akan memperlengkapi kita untuk menjadi seorang pemenang!
Sumber : Berbagai Sumber | Jawaban.com