29 Tahun yang lalu,
seorang pria yang telah berjasa di dalam merebut maupun mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia menghembuskan nafas terakhirnya di dunia. Untuk
mengenang jasa-jasanya, pemerintah bahkan menjadikan namanya sebagai salah satu nama jalan besar di DKI Jakarta.
Tahi Bonar Simatupang meninggal
dunia dalam usia 69 tahun pada 1 Januari 1990. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Semasa hidup, ia mengabdikan dirinya di dalam dunia ketentaraan. Adapun jabatan terakhir yang diembannya adalah Penasihat Menteri Pertahanan.
Setelah mengundurkan diri
dari dunia kemiliteran, T.B. Simatupang terjun ke pelayanan gereja. Tercatat, ia
pernah menjabat sebagai Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, lalu
Ketua Majelis Pertimbangan PGI, Ketua Dewan Gereja-gereja Asia, dan Ketua Dewan Gereja-gereja Dunia.
Di lingkungan
kemasyarakatan, Pak Sim – demikian ia bisa dipanggil – pernah menjabat sebagai
Ketua Yayasan Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan Ketua Yayasan Intitut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IPPM).
Pada 1969, Simatupang
dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Tulsa, Oklahoma, Amerika Serikat.
Menikah dengan Sumarti Budiardjo, pasangan ini dikaruniai empat orang anak, yaitu: Tigor, Toga, Siadji, dan Ida Apulia. Salah seorang di antaranya meninggal.
Baca Juga: Gelar Pahlawan Nasional T.B Simatupang Dirayakan
Sebelum menutup mata selama-lamanya, ia masih bisa melihat kehadiran empat cucunya, yaitu Satria Mula Habonaran, Larasati Dameria, Kezia Sekarsari, dan Hizkia Tuah Badia.
Pada 8 November 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada T.B. Simatupang.
Sumber : berbagai sumber