Mengenakan perlengkapan senjata Tuhan
adalah cara kita sebagai orang percaya memperlengkapi diri untuk melawan
pertarungan iman dalam keseharian. Hal ini ditulis dalam Efesus 6:10-18. Sebab perjuangan kita kini adalah melawan penguasa-penguasa di udara.
“Jadi
berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan,
kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam
segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan
dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah.” (Efesus 6:14-17).
Perlengkapan senjata Allah ini
harus kita miliki dalam segala aspek kehidupan, tanpa terkecuali dalam
pernikahan. Pernikahan bertujuan
untuk menggenapi perintah Tuhan untuk memenuhi bumi dengan keturunan kita
(Kejadian 1:28). Dalam prakteknya, perlengkapan senjata ini bisa digunakan
dengan cara-cara
berikut:
Kita tahu kalau perlengkapan perang bisa membuat kita
menjadi seperti Kristus. Kita menyadari bahwa hati kita juga perlu untuk
dilindungi. Perlengkapan perang ini melindungi harapan kita untuk mencapai tujuan di dalam Kristus.
Menjadi landasan iman
Ibrani 11:1, "Iman adalah
dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang
tidak kita lihat." Kepercayaan merupakan landasan atau fondasi dari setiap hubungan yang terjalin, begitu pula dalam pernikahan.
Buat mereka yang baru mengalami
pernikahan mungkin tidak menganggapnya
sebagai hal yang sulit. Tetapi setelah melewati banyak hal bersama, belum lagi
punya bekas luka, maka hal ini bisa menjadi lebih sulit. Ketika kita kehilangan
kepercayaan, cobalah untuk meluangkan waktu bersama dan kembali pada titik
awalnya. 1 Tesalonika 5:21, "Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik."
Bingkai pengharapan
Setelah membangun fondasi yang
baik, maka kita bisa memulai membangun sesuatu di atasnya. Hal itu adalah
pengharapan. Harapan merupakan sebuah pengingat iman, tentang apa yang diyakini, tujuan dan sikap kita dalam kehidupan pernikahan.
Ada masa-masa dimana kita
kehilangan harapan dalam pernikahan. Seiring berjalannya waktu, kita menemukan
ketidakcocokan satu sama lain. Ada banyak hal yang membuat kita sering mengalami konflik. Ketika masa ini datang, fokuslah pada firman Tuhan.
1 Korintus 13:7, "Ia menutupi segala
sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu."
Beratapkan keterbukaan
Atap yang ada di atas rumah dapat membuat kita merasa nyaman dan aman, terutama ketika badai datang. Kita semua pasti pernah menghadapi badai-badai dalam pernikahan. Baik itu setiap hari atau jarang terjadi, tetapi badai itu pasti ada dalam setiap kehidupan seseorang,
Kini, kita harus bisa mempersiapkan atap
terbaik agar terlindung dari badai tersebut. Atap tersebut adalah sikap keterbukaan.
Kita harus bisa mengakui bagian yang paling sukar dalam kehidupan kita pada pasangan, begitu pula sebaliknya.
Mungkin kita tidak akan selalu mengetahui isi
hati dari pasangan yang menjadikan hubungan kita berjarak. Pernikahan
mempersatukan kita dan pasangan. Buatlah atap yang baik dengan keterbukaan,
sebab ketika menikah, kesulitan kita juga adalah kesulitan pasangan.
Untuk cara lainnya, akan kita bahas pada
artikel selanjutnya, ya..