Kalau kita tidak tinggal di
tengah hutan atau pulau terpencil, setiap kita pasti setidaknya punya seorang
yang sering membuat kita geleng-geleng. Rasanya, kalau ketemu orang tersebut,
ada saja masalah yang harus dihadapi. Namun, meskipun mereka mengesalkan dan
sering membuat tidak nyaman, kenapa sih kita tetap mempertahankan mereka dalam lingkaran pertemanan?
Penelitian dari Doctor Shira
Offer dan Profesor Claude Ficher mendapatkan jawabannya. Artikel the American
Sociological Review mengemukakan penelitian yang dilakukan pada 1.100 orang dewasa yang berada di sekitar San Fransisco Bay Area, Amerika Serikat.
Jawabannya, kita tetap
mempertahankan mereka dalam lingkaran pertemanan kit karena kita harus dan
perlu mereka karena alasan tertentu atau memang karena kita tidak bisa mengabaikan mereka secara sosial.
Ada orang yang memang tidak bisa dihindari
Keluarga dan rekan kerja
merupakan mereka yang berada pada daftar teratas. Kita tidak bisa memilih siapa
yang akan masuk dalam kehidupan kita. Mereka adalah bagian dari keseharian
kita, sehingga sulit untuk memutus pertemanan atau kedekatan dengan mereka.
Bahkan meskipun orang-orang tersebut membuat kita stres, tetap saja kita tetap harus mempertahankan mereka.
Kita tidak bisa memilih siapa keluarga kita
Saudara sedarah adalah salah satu
orang diantaranya. Meskipun kita terikat dalam hubungan darah, tidak jarang
mereka membuat kita merasa tidak nyaman. Penelitian mengatakan kalau keluarga
tidak bisa kita tinggalkan begitu saja. Ada norma-norma sosial yang menahan kita untuk meninggalkan mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti punya
mereka yang menyebalkan, yang sering membuat kita naik darah atau memicu
konflik. Hal itu sudah biasa bagi kita sebagai makhluk sosial. Namun, satu hal yang perlu kita ingat adalah siapa diri kita.
Baik itu kerabat, teman kerja, atau siapa pun,
kita sudah diajarkan untuk mengasihi sesama. Tidak ada satu pun kejadian dalam
kehidupan ini yang terjadi sia-sia. Untuk itu, kita bisa menganggap kalau
orang-orang seperti ini menciptakan warna baru dalam kehidupan kita untuk mengasah kedewasaan kita dalam keseharian.
Sikapi mereka dengan penuh kasih, karena
bagaimana pun, Tuhan mau kita mengasihi mereka. Saat kita merasa tidak lagi
kuat untuk menghadapinya, maka kembalilah kepada Tuhan dan bawa namanya dalam doa.
Mintalah agar hubungan kita semakin baik dengan
orang tersebut. Kita harus paham, kalau sebagai manusia kita punya banyak
kekurangan, termasuk dalam hal mengasihi. Kalau bukan karena Tuhan yang sudah
sangat mengasihi kita, kita pasti tidak akan bisa mengasihi mereka.
“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita
saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang
mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.” (1 Yohanes 4:7)