Majelis Pekerja Harian Persekutuan
Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengeluarkan Surat Pastoral terkait peristiwa
pembunuhan dan penembakan yang terjadi di Nduga, Papua pada awal Desember 2018.
Dalam Surat Pastoral terbarunya, MPH PGI menghimbau aparat negara agar bekerja
secara profesional dan proporsional dalam menciptakan rasa aman dan damai bagi masyarakat Papua dan seluruh penduduk Indonesia di manapun berada.
Berikut adalah isi lengkap
Surat Pastoral PGI sebagaimana dikutip dari laman resmi organisasi Oikoumene tersebut:
Majelis Pekerja Harian
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (MPH-PGI) menyampaikan dukacita mendalam
atas jatuhnya korban jiwa dalam peristiwa pembunuhan di Kabupaten Nduga, Papua,
pada Minggu, 2 Desember 2018. Peristiwa ini semakin menambah daftar panjang
kekerasan demi kekerasan yang terjadi di Papua selama ini. Atas peristiwa ini,
perkenankanlah dalam suasana minggu-minggu Advent ini kami menyampaikan pesan pastoral gerejawi kepada semua pihak sebagai berikut:
1. Kami sangat prihatin
dengan jatuhnya korban dari kalangan sipil, yang belum tentu tahu apa-apa -
apalagi terlibat - dalam permasalahan Papua yang sangat kompleks. Peristiwa ini
telah menciderai harkat manusia sebagai citra Allah. Sejauh kami pahami, mereka
adalah pekerja pada PT Istaka Karya, yang sedang mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Dalam kaitan ini, kami menyampaikan dukacita yang
mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan seraya berdoa, semoga Tuhan yang Maha Pengasih menguatkan keluarga dalam menghadapi masa-masa yang sulit ini.
2. Terkait dengan
peristiwa ini, kami menghimbau aparat Negara agar bekerja secara profesional
dan proporsional dalam menciptakan rasa aman dan damai bagi masyarakat Papua
dan seluruh penduduk Indonesia di manapun berada. Kami juga mendorong aparat
Negara untuk menyelidiki dan mengusut tuntas peristiwa ini dengan mengutamakan
pendekatan kultural, demi mengurangi ketegangan di tengah masyarakat Papua dan mencegah jatuhnya semakin banyak korban di kalangan masyarakat sipil.
3. Kami sangat prihatin dengan pendekatan kekerasan dalam penyelesaian masalah Papua, baik yang dilakukan oleh masyarakat sipil, kelompok-kelompok bersenjata maupun aparat Negara. Pendekatan kekerasan, dalam bentuk apa pun, menurut hemat kami, tidak akan pernah menyelesaikan masalah, selain hanya akan menciptakan luka-luka baru yang pada gilirannya akan menciptakan lingkaran kekerasan. Oleh karenanya, kami menghimbau seluruh pihak untuk menghentikan segala bentuk kekerasan dan menyelesaikan ragam persoalan yang ada dengan duduk bersama membicarakannya secara beradab dan bermartabat. Hanya dengan demikian kita bisa membebaskan Papua dari pelbagai masalah yang membelit.
Baca Juga: PGI Himbau Semua Pihak Hindari SARA Dalam Pilkada
4. Kami menghargai upaya
pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang memberi perhatian
besar kepada pembangunan Papua selama empat tahun terakhir ini. Dalam
pengamatan kami, ternyata pembangunan ekonomi dan infrastruktur yang luar biasa
tersebut belum mampu sepenuhnya menjangkau hati seluruh masyarakat Papua. Di
tengah gencarnya pembangunan ekonomi dan infrastruktur - yang tidak pernah
terbayangkan sebelumnya - serta perhatian langsung yang luar biasa dari
Presiden Joko Widodo sendiri terhadap pembangunan Papua, pada saat yang sama
kita menyaksikan gejala semakin kuatnya aspirasi untuk menentukan nasib sendiri
di kalangan sebagian masyarakat, baik yang terungkap di Papua, di berbagai kota
di Indonesia, maupun dalam kampanye internasional. Hal ini menunjukkan bahwa
cara penyelesaian yang parsial-pragmatis belum dapat memecahkan permasalahan
Papua. Bahkan berbagai aksi kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat sipil dan
kelompok bersenjata juga ditengarai sebagai bentuk protes atas tidak
diindahkannya tuntutan masyarakat akan penyelesaian masalah Papua secara menyeluruh.
5. Terkait dengan hal-hal
tersebut di atas, kami menghimbau semua masyarakat, khususnya elemen masyarakat
terkait Papua, untuk dapat melihat masalah Papua secara menyeluruh dan
menemukan akar masalahnya untuk selanjutnya diatasi bersama. Kami berpandangan,
duduk bersama dalam percakapan dari hati ke hati, apakah itu dalam bentuk
Dialog Nasional sebagaimana banyak dituntut oleh sementara pihak di Papua, atau
Dialog Sektoral sebagaimana pernah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, adalah
jauh lebih bermartabat dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi
RI. Pelibatan masyarakat adat, gereja dan beragam pemangku kepentingan di Papua
dalam hal ini akan memudahkan pemerintah dalam menjalankan roda pembangunan di
Papua menuju masa depan. Biarlah melalui peziarahan Advent selama minggu-minggu
Advent ini kita dapat berjalan bersama menyongsong kedatangan Kristus sebagai
hikmat bagi kita semua. Dalam perjalanan bersama ini kita mengharapkan masa
depan yang lebih baik buat Papua dan bagi seluruh Indonesia. Semoga Allah sumber segala hikmat menolong kita.
Jakarta, 8 Desember 2018
Atas nama Majelis Pekerja Harian PGI
[Ketua Umum] Pdt. Dr. Henriette T.H. Lebang
[Sekretaris Umum] Pdt.
Gomar Gultom