Berbuat Baik Itu Tidak Selalu Menjadi Berkat, Ini Alasannya!
Sumber: Menjadi seorang dermawan itu lebih dari

Kata Alkitab / 7 December 2018

Kalangan Sendiri

Berbuat Baik Itu Tidak Selalu Menjadi Berkat, Ini Alasannya!

Inta Official Writer
3727

Namanya Rina, seorang wanita yang merintis karir di Ibukota. Perjalanan menuju kantornya sekitar setengah jam. Kalau tidak macet. Agar tidak kena macet, ia harus datang jauh lebih pagi. Di sebelah Rina, ada seorang teman yang juga satu arah dengan Rina, namanya Neysa.

Meski satu arah, Rina harus memutar balik mobilnya agar bisa menurunkan Rina tepat di depan kantornya. Kalau diturunkan asal di pinggir jalan, Rina tidak tega karena arus lalu lintas cukup padat yang membuat Neysa sering kesulitan menyeberang.

Hal ini kemudian membuat Rina sering kena macet. Suatu hari, ia berpikir, “Kalau bareng sama Neysa, aku pasti kena macet. Bensin pun jadi cepat habis. Pengin bilang agar bisa berangkat lebih pagi, tetapi aku sendiri tidak yakin kalau bisa bangun lebih pagi daripada biasanya.” Kebiasaan ini kemudian sering membuat Rina menyesal dan bersungut-sungut usai menurunkan Neysa di depan kantornya.

Niat Rina yang bersedia untuk barengan bersama Neysa itu baik. Rina sudah menjadi berkat. Hanya saja, kebiasaannya untuk bersungut-sungut dan menyesal karena sudah berbuat baik itu tidak baik. Untuk bisa menjadi berkat, kita perlu sebuah kerelaan hati.

Sikap yang mau membantu itu sangat baik. Artinya kita sudah bisa menjadi berkat bagi orang lain. Hanya saja, ketika kita kerepotan, nggak jarang kita justru bersungut-sungut dan menyesal telah membantu orang tersebut.

Ketika kita berada dalam posisi seperti Rina, berikut adalah beberapa hal yang perlu kita ingat.

Pertama, menyadari bahwa segala hal yang kita miliki adalah dari Tuhan. Kita hanya bertindak sebagai pengelola. Tuhanlah yang kaya, bukan kita. Filipi 4:11 “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.”

Bisnis, pekerjaan, berkat, kekuatan dan berbagai sumber merupakan milik Tuhan. Ketika kita menyadari akan hal ini, maka kita akan menjadi pribadi yang punya kerelaan hati saat membantu orang lain. Kasih Tuhan yang menjadikan kita sebagaimana sekarang ini, jadi kenapa kita tidak mengucap syukur lewat membantu orang lain?

Kedua, Tuhan selalu menyertai kita. Masih ingat kisah Yusuf? Kita tahu kalau sejak awal, Tuhan sudah menyertai kehidupan Yusuf, karena itu dirinya mendapat berkat dari Tuhan. Yusuf yang rela menjalani berbagai kesulitan hidupnya ini menjadi seorang yang sukses berkat penyertaan Tuhan dalam hidupnya.

Ketiga, ketika Tuhan menyertai kita, maka tidak hanya kita yang diberkati, melainkan juga orang lain. Potifar yang rumahnya ditempati oleh Yusuf pun turut diberkati oleh Tuhan. Kejadian 39:5, “Sejak ia memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, TUHAN memberkati rumah  orang Mesir itu karena Yusuf, sehingga berkat TUHAN ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang.”

Kehadiran kita sebagai anak Allah adalah untuk menjadi berkat bagi sesama. Seharusnya kita menyadari kalau hal ini merupakan sebuah kehormatan, bukannya beban. Tuhan telah memberikan berkatNya bagi kita, lewat penyertaannya, kita mengalami banyak hal yang baik.

Galatia 6:10, “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”

Sumber : jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami