"Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat
demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni
saudaramu dengan segenap hatimu." (Matius 18:35)
Seorang wanita hidup dan dibesarkan oleh
kedua orangtuanya. Setiap hari,
dia menyaksikan pertikaian antara kedua orangtuanya.
Tempatnya mengadu hanyalah baby sitter yang ditugaskan untuk
menjaganya.
Setiap kali orangtuanya
bertikai dan berteriak satu sama lain, dia berlari ke pojok jendela dan menutup
kedua telinganya. Lalu sang baby sitter mencarinya untuk dipeluk dan dihibur
dengan mainan.
Sampai akhirnya dia bertumbuh besar, dia menjadi gadis yang
cantik dan disukai oleh banyak pria.
Sayangnya dia tidak berani berpacaran dengan pria. Setiap dia
suka dengan pria, dia selalu menyimpannya di hatinya. Dia bersikap dingin
terhadap pria bahkan semua pria sekalipun itu ayah kandungnya.
Usia 23 tahun, orangtuanya berniat hendak menjodohkannya
dengan seorang pria.
Selama hidupnya, perintah inilah yang
dia sangat benci dan tak ingin dilakukan.
Kenangan orangtuanya di masa kecil masih terus terngiang
membuatnya takut hidup menjalani kehidupan pernikahan
yang sama seperti orangtuanya.
Apakah kamu sedang mengalami hal yang sama? Mengalami sebuah
kenangan buruk dan tak ingin kamu alami lagi?
Entah itu kematian, entah itu pertengkaran dan patah hati.
Gadis cantik bernama Icha itu pun merasakannya. Selama 25
tahun sebelum akhirnya dia melepaskan pengampunan dan menikah, dia menyimpan
trauma dan dendam terhadap sebuah pernikahan.
Ketika orangtuanya menjodohkannya, dia kabur beberapa kali
sampai pria itu terus berjuang. Pada akhirnya mereka bertumbuh di sebuah
komunitas yang sama. Tuhan membuat hati Icha pulih seiring waktu ketika dia
menyerahkan hidupnya dan masa depannya kepada Tuhan.
Dia pun yakin untuk menikahi pria yang dijodohkan orangtuanya
sejak 2 tahun sebelum usianya 25 tahun. Kini mereka sudah memiliki 3 anak.
Kadang dalam hidup ini, ada banyak hal yang kerap berjalan dan
tidak sesuai dengan kehendak kita. Ada kesakitan yang sulit tuk dilupakan dan
perih, tetapi bagaimana pun kita harus melepaskan pengampunan atas kejadian itu
dan juga bagi orang yang menyakiti kita.
Semakin kita tidak memperdulikan luka itu maka semakin luka
itu parah.
Bayangkan jika kakimu yang terluka kamu biarin begitu saja,
maka lalat kemungkinan akan datang menghinggapi dan menjadi busuk.
Demikian dengan luka batin karena masa lalumu, jika terus
menerus kamu biarkan maka akan dihinggapi dengan dosa yang lebih parah. Tidak
hanya menyakiti dirimu atau orang lain, tetapi hati Tuhan.
Mengampuni itu memang sulit, menerima masa lalu sendiri itu
memang kadang sulit. Tetapi apa yang Tuhan katakan ketika Petrus bertanya: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus
mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?
dan Yesus berkata kepadanya:
"Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai
tujuh puluh kali tujuh kali. “(Matius 18:21-22)
Ingat, Tuhan sudah mengampuni dosa kamu sehingga Dia mati di
kayu salib. Kesalahanmu bukan sekedar diampuni tetapi Tuhan juga mau kalau kamu mengampuni
orang lain dan masa lalumu. Berserahlah kepada-Nya. Jika hari ini kamu merasa
terluka dan sulit untuk mengampuni cobalah untuk terbuka terhadap seseorang,
dan dia akan membantumu. Jangan disimpan sendiri.