Seseorang harus menjalani Computed Tomography (CT) Scan saat masalah
kesehatan terjadi di dalam tubuh. Misal saat hendak memeriksakan diri terkait penyakit
kanker atau bagian cidera tulang setelah kecelakaan. Proses ini dilakukan untuk menangkap gambar tubuh bagian dalam dengan lengkap.
Biasanya proses CT Scan ini dilakukan dengan menggunakan mesin
X-ray berputar untuk membuat gambar cross-sectional atau 3D dari berbagai posisi tubuh.
Proses kerja CT Scan
Seorang pasien yang menjalani CT Scan biasanya akan diminta berbaring
di atas meja putar bulat yang disebut gantry. Gantry ini berisi tabung sinar X yang berputar di sekitar pasien saat memotret sinar-sinar X di dalam tubuh.
Setelah sinar X menyelesaikan pengambilan gambar dengan rotasi
penuh, komputer akan mencetak gambar 2D dari potongan tubuh itu, yang tebalnya biasanya
berkisar dari 0.04 sampai 0.4 inci (1 sampai 10 millimeter). Komputer kemudian akan
menggabungkan beberapa irisan 2D untuk membuat gambar 3D dari tubuh. Gambar inilah
yang akan memudahkan dokter untuk menentukan masalah kesehatan pasien. Pemindaian
itu sendiri biasanya membutuhkan waktu kurang dari 15 menit, tergantung pada area tubuh yang dicetak.
Supaya lebih mudah mengidentifikasi masalah kesehatan, pasien
bisa diberi bahan perbandingan. Solusi yang mengandung bahan perbandingan itu
seperti yodium dan barium. Dua bahan ini dimasukkan ke dalam tubuh secara langsung
atau disuntikkan ke dalam aliran darah, tergantung pada jaringan target. Bahan-bahan
dalam larutan bekerja untuk mengubah sementara waktu sinar X berinteraksi dengan
jaringan tubuh tertentu, yang membuat jaringan itu tampak berbeda dalam gambar yang dihasilkannya.
Perbandingan inilah yang akan membantu dokter membedakan antara jaringan normal dan abnormal.
Adakah jalan lain bagi pasien selain menjalani CT Scan?
Gambar CT Scan membantu dokter untuk mendiagnosis dan menemukan infeksi, gangguan otot, patah tulang, kanker, tumor dan kelainan lainnya.
Dalam situasi darurat, CT Scan adalah alat medis paling
praktis yang bisa membantu dokter bergerak cepat untuk menentukan status kesehatan seseorang, baik masalah luka dalam maupun luar.
CT Scan ini paling banyak diperlukan untuk mendiagnosa penyakit mematikan seperti kanker.
Baca Juga :
Risiko penggunaan CT Scan
Walaupun CT Scan bisa jadi alat vital untuk mangatasi masalah kesehatan seseorang, namun prosedur ini bisa menyebabkan efek samping tertentu.
Tergantung area tubuh yang dipindai, risiko akibat paparan radiasi
bisa menyebabkan dampak tertentu. Menurut American College of Radiology Imaging
Network (ACRIN), sinar X bisa merusak jaringan sensitif seperti organ limfoid dan
darah. CT Scan di sekitar perut tidak disarankan untuk wanita hamil karena kemungkinan janin akan terkena radiasi berbahaya.
Semakin lama waktu yang dijalani untuk melakukan CT Scan, semakin
bagus kualitas gambar yang dihasilkan. Tapi juga dosis radiasi yang dihasilkannya juga akan semakin tinggi.
Dokter Phoung-Anh Duong, Direktur Computed Tomography (CT)
Scan dan profesor di Departemen Radiologi dan Imaging Sciences di Universitas Emory,
Georgia menyampaikan bahwa saat proses CT Scan ada baiknya untuk menyeimbangkan kualitas gambar CT scan dengan jumlah paparan radiasinya.
Doung menyarankan beberapa cara untuk mengurangi paparan radiasi
selama CT Scanm. Pertama, mewajibkan CT Scan bagi pasien jika kondisinya memang
sangat diperlukan saja. Kedua, hanya mengambil gambar bagian tubuh yang
diperlukan saja dengan catatan menggunakan radiasi dengan energi yang lebih rendah
dan teknologi yang lebih baru, seperti detektor sinar X yang lebih sensitif.
Nah, informasi ini mungkin penting bagi kamu yang hendak melakukan
pemeriksaan kesehatan. Kalau memang efek yang ditimbulkan membuatmu merasa takut
menjalani CT Scan, mulailah untuk berkonsultasi lebih dulu dengan dokter dan mintalah
saran dan pilihan lain jika memungkinan dalam kondisi kesehatanmu.