Isabella Chow, mahasiswi sekaligus seorang anggota senat di
Universitas California, Barkeley mendapat olokan dari para mahasiswa kampusnya setelah
menolak berpartisipasi dalam voting menentang penandatanganan proposal Presiden
Donald Trump soal definisi gender. Hal ini membuatnya dianggap sebagai sosok yang menentang hak kelompok LGBT.
Akibat dari tindakannya, mahasiswa keturunan Malaysia-Kamboja itu diolok dengan sebutan homophobic dan transphobic.
“Sebagai seorang Kristen, aku pribadi percaya kalau tindakan
dan gaya hidup tertentu bertentangan dengan apa yang baik, tepat dan benar. Aku
percaya kalau Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan pada mulanya dan merancang seks untuk pernikahan antara pria dan wanita,” kata Chow.
Dia menegaskan, mengasihi seseorang bukan berarti mendukung pandangan
orang tersebut meskipun itu salah. Karena hal itu hanya semacam mendustai diri sendiri dengan menyangkali kebenaran yang kita percayai sendiri.
Sayangnya, Chow sendiri malah mendapat perlakuan yang tak
baik dari berbagai pihak. Dia bahkan didesak mengundurkan diri dari anggota senat. Partainya sendiri yang bernama Student Action, memutuskan hubungan dengannya.
“Walaupun kami menghormati kepemimpinan dan kerja komunitas Senator Chow, kami tidak bisa membiarkan tindakan penjabat terpilih kami untuk menentang apa yang dalam penilaian kami tidak bisa diganggu gugat, kesehatan reproduksi dan sumber daya kesehatan, perlindungan hukum untuk korban kekerasan seksual, dan ruang komunitas di tubuh keanggotaan mahasiswa kami,” ucap pihak partai Student Action.
Baca Juga :
Pernah Jadi Bagian LGBT, Mereka Yang Telah Pulih Sebarkan Kasih Kristus Lewat Cara Ini
Karena Sebut LGBT Dosa, Penyanyi & Mantan Gay Ini Dikritik Habis-habisan di Ajang X-Factor
Perlakuan yang diterima Chow menggerakkan penginjil terkemuka
Franklin Graham untuk memberikan dukungannya. Lewat akun Facebooknya, Graham menyampaikan dukungan kepada Isabella Chow.
“Iman Isabella Chow sedang diserang. Para mahasiswa memanggilnya ‘orang jahat’ dan ‘totol’, hal ini karena dia adalah orang Kristen yang menyuarakan keyakinan alkitabiahnya. Tampaknya tidak ada toleransi bagi orang Kristen dan untuk kebenaran Yesus Kristus,” tulisnya.
Graham juga mendukung pandangan Chow soal bagaimana mengasihi
orang lain bukan berarti setuju dengan pandangannya yang salah. “Berdoalah untuk
Isabella dan mahasiswa Kristen lainnya yang berjuang di lingkungan permusuhan di
tengah banyak kampus sekuler saat ini,” lanjut Graham.
Semakin kuat dan meluasnya dukungan terhadap komunitas LGBT di
berbagai belahan negara, membuat umat Kristen kehilangan kekuatan untuk terus
menyuarakan kebenaran sesuai dengan Alkitab. Tapi sesulit apapun itu, kita berharap
setiap orang percaya tetap teguh dengan keyakinannya untuk tidak menyangkal kebenaran
firman Tuhan. Karena kita memang sedang berada di akhir jaman yang akan membawa
kita pada banyak penolakan, penderitaan dan perjuangan iman.