Sudah menjadi tradisi di
Indonesia, bahwa sebuah hubungan dimulai saat ada pernyataan "aku cinta
kamu" yang terlontar pada pasangannya. Mengatakan "aku cinta
kamu" merupakan sebuah langkah besar dalam sebuah hubungan, sebab tandanya
kita sudah bersedia untuk berkomitmen dengan seseorang untuk memasuki tahap pengenalan.
Rasa cinta membawa sebuah beban
berat karena didalamnya memerlukan sebuah perjanjian dan komitmen di masa yang
akan datang. Kalau begitu, kapan sih baiknya kita mengatakan hal ini pada orang yang sudah lama kita dekati?
Cara mengutarakannya memang
selalu berbeda buat setiap pasangan. Namun, sebagai orang percaya, kita harus
bisa mencintai seseorang berdasarkan prinsip-prinsip alkitabiah. Tuhan sendiri
memberi kita hikmat soal hal ini, lho. Berikut adalah saat-saat yang paling
tepat buat kita mengutarakan "aku cinta kamu" pada orang yang kita nilai tepat untuk menjadi teman hidup.
1. Katakan saat kita tidak terbawa oleh emosi
Ketika sebuah hubungan larut dalam
emosi, maka kontak fisik akan menjadi lebih cepat. Emosi sangat dekat dengan
perilaku seksual kita. Kebanyakan orang, yang akhirnya larut dalam emosi, justru terjatuh dalam dosa kedagingan karena embel-embel rasa cinta.
Untuk itu, kita harus bisa mengesampingkan
emosi kita sejenak saat mulai masuk ke dalam tahap pengenalan ini. Ketika Tuhan
menjadi prioritas dalam hubungan kita, maka kita akan mendekati pasangan secara obyektif.
Emosi tetap akan memainkan peran,
tetapi tidak akan mendikte setiap keputusan yang akan kita buat. Dengan
menempatkan Kristus dalam hubungan kita, maka kita akan lebih bijak untuk
mengetahui apakah rasa cinta yang kita maksud ini benar-benar dari Tuhan atau hanya secara emosional.
2. Katakan cinta saat kita sudah mengetahui arti cinta dalam pandangan yang Alkitabiah
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati;
ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak
melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya
segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap."
( Korintus 13:4-8)
Rasul Paulus memberi kita gambaran soal rasa cinta yang sesungguhnya. Kita harus ingat kalau untuk mencintai seseorang adalah sebuah tanggung jawab yang besar. Rasa cinta sendiri perlu kita hidupi dalam keseharian, bukan hanya sebatas perkataan yang kita lontarkan pada pasangan.
Baca juga: Peringati Hari Ayah, Inilah Pesan Bapa di Surga Buat Kita Sebagai Anak-anaknya
3. Ketika kita sudah membangun sebuah fondasi kepercayaan
Saat kita menjunjung kekudusan
dalam sebuah hubungan, maka rasa cinta kita justru membuat kita menjadi semakin
ingin dekat dengan Tuhan. Rasa cinta yang tertera dalam Alkitab berarti
menghormati Tuhan dan menghormati orang tersebut bahkan kalau sampai akhirnya hubungan tersebut berakhir.
Karena sebenarnya, definisi dari
cinta secara Alkitabiah memungkinkan kita untuk mencintai lebih dari satu orang
selama kita hidup. Kita justru dipanggil untuk bisa mencintai setiap orang sebagaimana Kristus telah mengasihi kita tanpa memandang status hubungan.
Terakhir, kita harus memahami
kalau saat mengucapkan kata "aku cinta kamu" tidak boleh dianggap
enteng. Seperti tertulis dalam Alkitab, rasa cinta tersebut jauh lebih besar dibandingkan hubungan pacaran itu sendiri.
Rasa cinta yang ada dalam Kristus
melampaui emosi atau perasaan kita. Hal ini menimbulkan dampak yang tidak
selalu bisa kita lihat atau pahami. Cinta adalah sesuatu yang kuat. Di sisi lain, kita
nggak perlu khawatir dengan kegagalan, sebab rasa cinta Kristus yang ada dalam
kita tidak akan pernah mengalami kegagalan.