Kepolisian menahan
lebih dari 20 jemaat gereja Early Rain Covenant Church, Chengu, China setelah ditemukan
melakukan ibadah di sebuah taman. Mereka dituduh menyebar injil kekristenan di depan umum, yang secara peraturan dilarang di China.
Namun
meskipun sebagian diantara sudah ditangkap, namun para penginjil lain tetap melanjutkan
misi mereka untuk membagikan injil kepada orang-orang yang ada di sana. Sementara
lebih dari 100 anggota gereja berkumpul di depan kantor polisi untuk menunggu kabar soal nasib rekan-rekan mereka yang ditangkap.
Untungnya, tak
butuh waktu lama polisi akhirnya membebaskan anggota gereja, termasuk seorang pendeta bernama Wang Yi.
Seperti
diketahui, beberapa tahun belakangan ini China telah menjadi negara yang paling
mengancam kekristenan. Pemerintah yang dikuasai oleh partai komunis itu terus menerus
melakukan penghancurkan terhadap gereja yang dianggap ilegal. Sementara banyak orang Kristen yang dilarang memiliki Alkitab.
Presiden China,
Xi Jinping sendiri pernah mengibaratkan kekristenan sebagai ‘penyuspan Barat’,
dimana aktivitas gereja dianggap sebagai cara untuk memaksakan ideologi Barat masuk ke China. Sehingga hal itu dianggap sebagai ancaman bagi partai komunis.
Menyusul hal itu pada bulan April lalu, departemen urusan agama China akhirnya menerbitkan surat edaran supaya semua gereja di negara itu wajib mengikuti aturan dari Partai Komunis.
Dalam surat tersebut, dituliskan bahwa gereja harus diadaptasi sesuai dengan budaya China. “Hanya gereja-gereja Sinis yang bisa memperoleh kasih Tuhan,” demikian dikutip dari surat tersebut.
Aturan ini dibuat
secara Sincization (berasaskan otoritas pemerintah China) sebagai bentuk rencana
lima tahun pemerintah bagi kekristenan. Selain itu, pemerintah juga diketahui melarang
masyarakat memakai salib di depan umum. Sementara poster-poster yang berbau agama diturunkan dan diganti dengan poster Presiden Xi.
Belum lama ini,
pemerintah telah menghancurkan lebih 7000 salib di provinsi Henan dan melarang orang-orang Kristen di sana beribadah di rumah.
Pelarangan terhadap
aktivitas berbau agama juga telah disahkan secara hukum, di bawah undang-undang
baru yang ketat dimana gereja-gereja harus terdaftar secara resmi dan sepakat akan mematuhi aturan yang berlaku.
Xi Lian, seorang
sarjana Kristen dari Duke University pun berpendapat bahwa para pemimpin China selalu
curiga terhadap tantangan politik dan ancaman yang ditumbulkan oleh
kekristenan. “Di bawah kepemimpinan Xi, rasa takut akan infiltrasi Barat ini telah
meningkat dan mencapai puncak seperti yang kita belum pernah lihat dalam waktu yang lama,” kata Lian.
Di bulan Agustus lalu, pihak berwenang melakukan pengeledahan terhadap kamp musim panas di provinsi Gansu Utara dan menuduh jika acara itu berkedok penyebaran injil secara ilegal. Akibatnya, puluhan orang ditahan dan mereka dipaksa untuk belajar tentang ideologi komunis.
Baca Juga :
Rezim Komunis China Larang Warganya Kunjungi Vatikan
Warga Kristen China Ini Diminta Ganti Gambar Yesus Dengan Presiden Xi Demi Hal Ini...
Banyak pemimpin
negara yang menganggap kekristenan sebagai ancaman terhadap bangsanya. Bukanlah
hal ini sama seperti peristiwa yang dialami Herodes ketika mendengar kelahiran Yesus?
Dia takut akan kehilangan kedudukan dan memaksanya untuk membunuh semua bayi
laki-laki?
Mari tetap
teguh dalam iman, apapun tantangan yang kita hadapi kita harus maju demi tujuan
kekekalan bahwa kerajaan Allah harus ditegakkan di dunia.