Lahir dengan kekurangan pasti jadi
mimpi buruk buat seseorang.
Begitu pun aku. Aku terlahir dengan kekurangan di bagian kaki, sehingga harus menggunakan penyangga. Orang banyak menyebutku sebagai ‘Si Pincang’.
Aku, Agustinus Ferry, sejak SMA sudah menjadi
anak yang berprestasi. Aku pikir, lewat prestasi ini, dengan mudahnya aku bisa
menggaet wanita. Ternyata tidak. Mereka justru memandang kekuranganku ini sebagai bahan ejekan.
Hal ini membuatku marah dan dendam pada setiap
wanita. Aku mulai menjelajahi situs-situs pencarian jodoh, bahkan sampai ke
arah hubungan yang tidak kudus. Jangan tanyakan berapa orang yang sudah kutiduri.
Aku jadi kecanduan seks
Angkanya, bisa lebih dari 20 orang. Bahkan,
pernah suatu hari seorang gadis mendatangiku dan meminta pertanggung jawaban
karena dirinya hamil. Tentu saja aku menolak untuk bertanggung jawab. Entah
mengapa, setiap ada orang yang sakit hati karenaku, ada perasaan puas dari dalam diriku.
Terlalu sering melakukan hubungan badan
membuatku menjadi ketergantungan. Rasanya aku akan gelisah setiap kali tidak
melakukannya. Ibarat seorang pecandu yang akan sakau kalau ia tidak mengonsumsi
narkoba, aku pun demikian. Aku tidak bisa tidur kalau tidak melakukan hubungan seksual.
Kena lapor polisi
Suatu siang, rumahku kedatangan polisi. Kasus
pencucian uang dilimpahkan atasku. Padahal, bukan aku yang terjun langsung
terhadap kasus ini, melainkan saudaraku. Karena aku kerap ditransferi uang saat
bertransaksi, jadilah aku sendiri kena pasal ikut serta dalam praktek pencucian uang ini.
Aku harus mendekam dalam jeruji besi. Kala itu,
aku tidak akan bisa melakukan apa pun, bahkan tidur pun tidak bisa kalau nafsu
ini belum dilampiaskan. Hal ini membuatku harus berfantasi agar aku bisa lebih
tenang dan berkonsentrasi. Aku dijatuhi hukuman 8 tahun penjara dengan 3 tahun subsider atau Rp. 500 juta denda.
Memulai hubungan yang sehat dan membangun sebuah keluarga yang utuh
Setelah terbelenggu selama 8 tahun dalam jeruji
besi dan keinginan daging tersebut, ada timbul perasaan untuk memperbaikinya
dan memulai sebuah hubungan. Keinginan ini membuatku dipertemukan oleh istriku,
Marcella dalam sebuah situs pencarian jodoh. Kami menikah dan kehidupanku pun membaik.
Ternyata, kecanduan ini masih membuka celah untukku melakukan dosa
Karena pekerjaan, aku dan istri harus menjalani hubungan jarak jauh. Saat itu, istri berada di Serpong bersama dengan ibunya, sementara aku tinggal di sebuah rumah kos di Bandung. Aku tidak bisa menahan keinginan dan dorongan seksual, sehingga aku melakukan perselingkuhan.
Baca juga: Alkohol Jadi Candu Untuk Solusi Kegagapanku, Kini Tuhan Pakai Aku Sebagai Penginjil–Jerry
Aku rindu untuk dipulihkan
Aku sangat menyesal dan hanyut dalam tangisan.
Aku kembali pada diriku yang dulu sangat kubenci. Aku tidak lagi bisa berbuat
apa-apa. Pribadi yang cacat ini kembali, aku merasa gagal dalam mengendalikan
diriku sendiri. Keinginan untuk sembuh dan pulih pun semakin kuat dari dalam diriku.
Seiring berjalannya waktu, aku mulai tergabung
dalam sebuah komunitas bernama pria sejati. Disini, aku belajar banyak soal
memproteksi dan mengendalikan diri sendiri. Aku belajar untuk pulih sekaligus
memulihkan orang lain. Dalam kelas tersebut, aku merasa kalau Tuhan sangat baik dalam setiap kehidupanku.
Saat mereka memutar film The Passion Of Christ,
aku bertanya-tanya, “kok aku yang berdosa, sementara Yesus yang harus membayar
dosa-dosanya itu?” Aku merasa seperti si anak bungsu yang telah lama hilang dan
merindukan rumah bapanya. Ketika aku pulang, tangan Bapa tetap terbuka. Kasih
yang jauh melebihi kasih orang tua.
Pribadi yang nggak pernah menghakimi, ketika Ia
datang, ada pengampunan, ada sukacita dan damai sejahtera. Aku punya
pengharapan dalamNya. Aku memohon ampun pada Tuhan, pada istriku. Kalau bukan
karena Tuhan, tidak mungkin istriku bisa mengampuni aku sebagai suaminya. Semua
kehidupan keluarga kami dipulihkan.