Mengira Suaminya Mati, Istri Dan Anak Bunuh Diri Karena Hutang, Ini 3 Pelajaran Buat Kita!

Marriage / 26 October 2018

Kalangan Sendiri

Mengira Suaminya Mati, Istri Dan Anak Bunuh Diri Karena Hutang, Ini 3 Pelajaran Buat Kita!

Inta Official Writer
2438

Di Cina, ada seorang lelaki dengan seorang istri dan dua orang anak yang terjerat utang sekitar Rp. 220 juta. Dirinya kesulitan membayar, sehingga ia berpikir untuk menipu perusahaan asuransi sebagai solusi dari permasalahan utang-utangnya ini.

Pada awal September lalu, kemudian pria yang bernama He membeli polis asuransi jiwa dengan nilai pertanggungan sekitar Rp. 2,2 milyar tanpa sepengetahuan istrinya, Dai. Tidak lama setelahnya, He meminjam sebuah mobil pada temannya, dan memalsukan kematiannya dengan berpura-pura mengalami sebuah kecelakaan.

Mobilnya ditemukan oleh kepolisian setempat masuk ke dalam sungai, sementara jenazah He tidak dapat ditemukan. Kepolisian lantas menganggap kalau kecelakaan ini telah menenggelamkan He hingga mati.

Istrinya ini tidak mengetahui apa pun perkara kematian suaminya ini. Dengan anaknya yang masih balita, sekaligus jumlah utang yang menjulang dan kematian dari suaminya yang tercinta, Dai mengalami kondisi terpuruk dalam hidupnya. Hingga tiga minggu setelah berita 'kematian' suaminya itu, Dai bersama dengan kedua anaknya ditemukan bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri.

Dai menuliskan sebuah surat kematian, dimana ia menjelaskan kalau dirinya tidak bisa hidup tanpa suaminya, sementara anaknya terpaksa diajak karena tidak bisa meninggalkan mereka berdua tanpa orang tua.

Sangat tragis, bukan? Rasanya kita sering sekali mendengarkan ada banyak pernikahan yang dikacaukan oleh kondisi keuangan. Bahkan, Marriage.com menuliskan kalau alasan umum pernikahan berakhir dengan perceraian biasanya karena kesulitan finansial. Lewat kisah pernikahan He dan Dai, berikut pelajaran yang bisa kita petik.

1. Terbuka dan diskusikan masalah finansial kita

Dalam keluarga mana pun, utang selalu berpotensi menimbulkan stres dan tekanan yang besar. Kondisi ini membuat kita maupun pasangan bergumul tentang rasa aman dan prioritas. Untuk menjadikan sebuah pernikahan sukses, maka kita harus bisa terbuka terhadap kondisi keuangan keluarga.

Cara pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan duduk bersama dan membahas permasalahan ini dengan kepala dingin. Komunikasi yang efektif dan kesediaan kita untuk berkompromi adalah cara terbaik untuk mengatasi utang.

Pasti ada di antara kita yang cenderung suka menghabiskan uang, sementara lainnya suka menabung. Ketika kita berutang, maka kita dan pasangan harus sama-sama setuju perihal cara untuk melunasinya. Tanpa adanya keterbukaan dan kejujuran, permasalahan ini tidak akan bisa terselesaikan, seperti kisah pernikahan He dan Dai.

2. Susun strateginya

Sekarang, kita dan pasangan sudah berada dalam satu tim yang sama. Buatlah semua daftar utang-utang kita, baik itu cicilan, kartu kredit, dan lain sebagainya. Perhatikan jumlah yang terutang pada setiap tagihan, berikut dengan tingkat bunga dan pembayaran minimum yang harus di bayar.

Kita bisa juga mendatangi seorang konselor yang dapat membantu dalam mengatasi utang ini. Ada strategi prioritas bayar, atau metode utang snowball. Ada banyak strategi yang bisa kita gunakan, kok. Namun, sudah bisa dipastikan kalau kita harus bisa mengubah cara hidup kita dengan lebih sederhana dan hemat agar bisa punya uang lebih untuk disetorkan.

3. Cari jalan keluarnya bersama

Ketika berbincang dengan Pak Jarot Wijanarko soal kehidupan pernikahan, ia menggaris bawahi, bahwa ketika hubungan pernikahan dipulihkan, maka Tuhan akan memulihkan pula kondisi mereka, termasuk dalam hal keuangan.

Tuhan akan selalu menyediakan, kok. Namun, perlu diingat kalau kita harus menyiapkan hati kita dan memperbaiki hubungan dengan pasangan terlebih dahulu, sebelum kita menyelesaikan permasalahan keuangan ini.

Jadi, siapkah kita percayakan seluruh masalah keuangan kita pada ahlinya, yaitu Tuhan?   

Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami