Haringga Sirila (23) tewas karena
dikeroyok puluhan oknum suporter Persib Bandung saat hendak menyaksikan Persija
yang melawan Persib di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada Minggu siang, 23 September 2018 lalu.
Hingga Rabu, 24 Oktober 2018
kemarin, dua terdakwa berinisial SMR (17) dan DFA (16), masing-masing akan
dihukum empat dan tiga setengah tahun penjara karena keterlibatan mereka dalam insiden yang membuat nyawa Haringga melayang ini.
Lewat kejadian ini, banyak orang yang
menyayangkan kejadian ini, bahkan beberapa warganet sampai meminta konsekuensi
yang seimbang bagi supporter dan klub, misalnya dengan tidak ikut bermain selama beberapa musim untuk menimbulkan efek jera.
Bagaimana pun, kejadian ini sangat menyesakkan buat kita. Sikap seseorang yang punya kencederungan untuk memihak atau menyukai sesuatu sampai bisa merugikan bagi orang lain. Contoh saja, ketika kita menemukan orang yang tidak sepaham dengan kita, maka kita akan langsung melabelinya sebagai orang yang tidak menyenangkan.
Pengertian fanatisme
Kesukaan terhadap sesuatu bisa menimbulkan
sifat fanatisme. Di kutip dari Wikipedia, fanatisme adalah paham atau perilaku
yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. Bisa
dikatakan seseorang yang fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola
pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan.
Sebagai orang percaya, kita selalu diajarkan untuk menempatkan Tuhan di atas segalanya. Agar kita nggak sampai melakukan tindakan yang anarkis dan kasar seperti yang dilakukan oleh pendukung Viking di atas, berikut adalah pertanyaan yang perlu kita ingatkan dalam diri sendiri.
Baca juga: Peneliti Bocorkan Instagram Punya Dampak Buruk Bagi Kesehatan Mental, Ini 3 Alasannya!
Fanatisme sering membuat kita kehilangan akal sehat
Dikutip dari Akurat.co, pelaku sebenarnya
menyadari kalau perbuatannya memukuli korban dapat melukai bahkan berujung
hingga kematian. Tetapi mereka melakukan kekerasan tersebut karena dipicu rasa
marah dan permusuhan terhadap korban yang merupakan anggota pendukung klub bola
lain yang merupakan musuh bebuyutannya. Bahkan setelah melakukan kekerasan tersebut, pelaku 1 dan 2 merasa puas bahkan menginginkan korban mati.
Kalau dipikir secara logis, para pelaku tidak
sama sekali mengenal sosok dari korban kecuali satu hal: korban merupakan
pendukung klub bola musuh. Rasanya tidak adil sekali kalau kita bersikap buruk pada seseorang hanya karena kita melabeli sesuatu yang disukainya.
Sebagai orang percaya, Tuhan mau kita mengasihi
sesama. Kita nggak bisa bilang suka dengan seseorang, padahal kita sebenarnya
belum mengenal orang tersebut. Tuhan malah lebih ekstrim lagi, Ia mau kita merangkul dan mengasihi musuh kita.
Apa sih untungnya menjadi seorang yang fanatik?
“Segala sesuatu diperbolehkan." Benar,
tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.
(1 Korintus 10:23)
Kedewasaan seseorang dinilai dari bagaimana ia
mengambil sebuah keputusan. Nggak ada salahnya kok kita menyukai sesuatu hal.
Hanya saja, apakah hal yang kita sukai itu punya dampak baik dalam kehidupan kita?
Rasul Paulus mengingatkan kita kalau Tuhan
selalu menganggap kita sebagai pribadi yang dewasa, sehingga kita diberikan
kebebasan olehNya. Namun, ada pertimbangan yang perlu kita ingat saat menyikapi
kebebasan tersebut: memberi dampak baik bagi sesama atau tidaknya, atau membangun kehidupan kita semakin lebih baik lagi.
Sumber : berbagai sumber