Tanggal 20 Agustus 1989 menjadi
sebuah hari yang mengerikan
menimpa keluarga Menendez. Sebuah kejadian yang menyisakan luka bagi setiap
orang yang tinggalkan. Kedua orang tua dalam keluarga ini, yaitu Jose dan Kitty
Menendez terbunuh di rumahnya sendiri saat sedang menghabiskan waktu untuk bersantai bersama.
Hal yang paling membuat orang
lain terbelalak adalah kalau pelaku pembunuhan tersebut merupakan kedua anak
lelaki mereka, yaitu Lyle yang saat itu berusia 21 tahun dan Erik yang berusia
18 tahun. Lyle dan Erik membunuh orang tua mereka dengan cara menembakkan senapan.
Selang berapa waktu setelah
kejadian tersebut, Lyle menelepon polisi dan mengatakan kalau ada orang asing
yang memaksa masuk ke dalam rumahnya dan menembak kedua orang tua mereka. Baik
Lyle maupun Erik memberikan kesaksian palsu dengan mengatakan bahwa mereka tidak berada di rumah saat kejadian nahas tersebut terjadi.
Seperti peribahasa sepandai-pandainya
tupai meloncat, ia pasti akan jatuh juga, berlaku bagi kedua bersaudara ini.
Semakin ia menutup-nutupi kebenaran, polisi pun semakin curiga terhadap mereka.
Bahkan kecurigaan ini semakin besar setelah mengetahui Lyle dan Erik
menghabiskan jutaan dolar harta kekayaan kedua orang tuanya dengan membeli
mobil mewah, jalan-jalan ke luar negeri, makan malam di restoran mahal, dan gaya hidup mewah lainnya.
Namun, Erik selalu merasa gusar setiap malam. Ia
menyadari kalau banyaknya harta nggak lantas membuat Erik bahagia dan
nyaman. Ia dipenuhi oleh rasa bersalah atas tindakannya ini. Hal ini kemudian
mengantarkannya untuk berani mengakui kesalahannya pada seorang psikolog, yang setelahnya melaporkan mereka ke kantor polisi.
Lyle dan Erik mengaku kalau
mereka menyimpan kepahitan karena tindakan ayahnya yang selalu saja berbuat
kasar baik secara fisik maupun mental. Mereka mengaku kalau menerima banyak
hinaan, pukulan, dan bahkan pelecehan seksual oleh ayah mereka sendiri.
Sementara sang ibu sekali pun tidak pernah membela mereka, dan memilih untuk diam.
Cerita ini menjadi renungan buat
kita, sebagai orang tua untuk mendidik anak-anak kita dengan benar dan takut
akan Tuhan. Anak-anak bisa mengingat setiap perlakuan kita terhadapnya, baik itu sikap yang baik atau buruk.
Setiap perlakuan yang buruk dari
kita, bisa berbekas dan menjadi kepahitan bagi orang lain. Kita akan cenderung
menyakiti orang lain saat diri kita sendiri masih belum pulih. Jadi, kalau saat ini kita masih
punya kepahitan di masa yang lalu, ada baiknya kita segera membereskannya. Sehingga nantinya, kita bisa mendidik anak-anak dengan baik.
Sebab ketika kita punya anak,
artinya kita harus bertanggung jawab penuh untuk merawat mereka, membesarkan
dengan penuh kasih, dan mendidik mereka di jalan yang tepat bagi mereka. FirmanNya
mau kita mendidik anak-anak kita menurut jalan yang patut bagi mereka, sehingga
mereka tidak akan menyimpang hidupnya, bahkan sampai masa tuanya. Inilah jalan yang patut itu, yaitu mendidik mereka untuk takut akan Allah.
“Didiklah orang muda menurut jalan yang
patut baginya , maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan
itu,” (Amsal 22:6).