Tidak ada sebuah pernikahan yang
sempurna. Baik kita maupun pasangan pasti pernah melakukan kesalahan. Kesalahan
tersebut bisa saja menyakiti hati pasangan kita. Oleh sebab itu, pasangan yang
mau mengampuni dan belajar dari kesalahannya, adalah mereka yang mampu
mempertahankan hubungan pernikahan mereka. Seringkali, pada setiap kesalahan
yang kita perbuat, kita mengatakan, "Maaf ya, aku nggak akan seperti itu lagi."
Lewat 2 Samuel 12, kita akan
belajar mengenai sebuah pertobatan. Natan mendatangi Daud untuk mengingatkan
dosa seksual dan pembunuhan yang telah dilakukannya lewat sebuah perumpamaan. Ada 2 orang pria yang tinggal di kota yang sama.
Satu adalah pria kaya dengan
banyak domba dan ternak, sementara yang lainnya hanya punya domba kecil yang ia
perlakukan seperti bagian dari keluarganya. Kemudian, orang kaya tersebut mengambil domba orang yang miskin itu untuk dijadikannya sebagai santapan.
"Demi TUHAN yang hidup:
orang yag melakukan itu harus dihukum mati," (2 Sam 12:5b) jawab Daud
menanggapi perumpamaan dari Nabi Natan. Daud juga berkata kalau anak domba
betina itu harus digantikan sebanyak empat kali lipat karena orang kaya tersebut nggak punya belas kasihan.
"Loh, orang yang kumaksudkan tadi adalah kamu!" Begitu jawab Natan membalas Daud.
Kisah di atas menjadi sangat
menarik, sebab Daud merasa benar di atas dosa orang lain. Tetapi, setelah ia
menyadari kalau dia adalah orang yang berdosa tersebut, ia langsung memohon ampun.
Dalam dosa seksualnya, Daud
kemudian menulis Mazmur 51. Ia menangisi dosanya tersebut, Daud sangat
menyesal. Lewat Mazmur 51, kita akan mendapat gambaran tentang bentuk
pertobatan yang sejati. Saat kita menempatkannya dalam pernikahan, berikut adalah 3 karakter pertobatan yang perlu dimiliki oleh pasangan yang bertobat.
1 Pasangan yang bertobat percaya pada karakter Tuhan
Penting buat kita untuk mengenal
siapa Tuhan sebelum fokus pada kesalahan dan dosa kita. Sebab kalau kita fokus
pada dosa yang telah dilakukan, ada kemungkinan buat kita mengalami depresi.
Kita butuh kebenaran, firman Tuhan, bukan pembenaran atas diri sendiri. Untuk
itu, kita perlu menyerahkan diri kita dalam karakter Allah sehingga kebenaran Kristus dapat menutupi dosa kita dan menghadapinya.
Fokuslah pada belas kasihan
Tuhan. Tuhan punya karakter yang penuh kasih dan penuh dengan pengampunan.
Ketika kita sudah memahami karakter Tuhan, maka pikiran kita akan lebih kepada
Tuhan dan pernikahan kita, bukan berfokus pada kesalahan kita maupun pasangan. Sehingga nantinya, kita jadi lebih siap untuk dipulihkan.
2. Menyadari dosa atau kesalahan yang dilakukannya
Dalam Mazmur 51, Daud mengakui
dosanya dan ia menyadari betul apa dosanya tersebut. Orang percaya tidak akan
bisa diselamatkan sampai ia menyadari dosa dan kesalahannya. Daud tidak
bertele-tele dalam pengakuannya bahwa ia adalah orang yang berdosa. Kalau kita
menginginkan pernikahan yang kudus, maka kita harus bisa belajar tentang cara
bertobat. lawanlah pembenaran diri sendiri dan akuilah setiap kesalahan yang kita perbuat.
3 Pertobatan diwujudnyatakan lewat perbuatan
Kesalahan yang kita lakukan bisa membekas di
hati pasangan, begitu pula sebaliknya. Diperlukan dua pihak yang punya kerelaan
hati untuk mengampuni dan memohon maaf atas kesalahannya. Ketika pasangan
melakukan kesalahan dan berjanji untuk bertobat, pastikan kalau pertobatan
tersebut dinyatakan dalam tindakan yang nyata. Sebab, kita hanya bisa melihat pertobatan seseorang melalui buah yang dihasilkannya.
Setiap orang membutuhkan kasih Kristus. Baik
sebelum atau setelah menikah. Itulah yang dinyatakan oleh Daud dalam Mazmur
51:7, "Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi
tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!"
Kebenaran firman Tuhan memberi kita kehidupan
dalam kita dan pernikahan kita. Yesus telah membayar segala dosa kita. Dia
memberi kita kemampuan untuk menghadapi pasangan kita dan berkata, "Saya
sangat menyesal, saya minta maaf. Saya akan memperbaikinya dan bertobat."