Seorang jurnalis Amerika bernama Connie Chung akhirnya
mengungkapkanmasa lalu kelam yang dialaminyadi usia 20 tahun. Lewat sepucuk surat
yang dialamatkan kepada Christine Blasey Ford, yang baru-baru ini menghebohkan media
Amerika atas pengakuannya pernah dilecehkan secara seksual oleh mantan pegawai Gedung
Putih, Brett Kavanaugh, Chung menyampaikan perasaannya sebagai korban pelecehan seksual.
Dia mengungkapkan kalau peristiwa itu terjadi 50 tahun silam.
Dan yang mengherankan, pelakunya adalah dokter kepercayaan keluarga mereka sendiri.
“Christine Blasey Ford yang terhormat, aku juga mengalami pelecehan sesual, bukan 36 tahun tapi sekitar 50 tahun yang lalu. Aku menyimpan rahasia kotorku ini untuk diriku sendiri. Diam selama lima dekade,” tulis Chung.
Baca Juga :
Viral! Istri Ex-Pengacara Jessica Wongso Alami Pelecehan Seksual Oleh Perawat Usai Operasi
Keren! Sikapi Pelecehan Seksual, Aktor Ini Pilih Perangkat Digital Sebagai Solusinya
Keterangan: Connie Chung
Chung mengingat betul peristiwa itu terjadi pada tahun 1960.
Saat itu dia adalah seorang mahasiswa di salah satu kampus di Amerika. Dia bahkan masih ingat betul wajah dokter yang berbuat tak senonoh kepadanya.
“Aku menulis surat ini kepada Anda karena aku tahu tanggal, tahun
yang sebenarnya tidak penting. Kita mengingat persis apa yang terjadi pada kita
dan siapa yan melakukannya kepada kita. Kita mengingat kebenaran selamanya,” tulis Chung.
Dia lalu menuturkan secara detail tentang peristiwa pelecehan
saat itu. Peristiwa itu terjadi ketika dirinya memenuhi janji pemeriksaan genokologi
dengan dokter kepercayaan keluarganya itu. Saat berada di ruang periksa, sang
dokter lalu meminta Chung untuk melepaskan pakaiannya sampai bagian pinggang. Setelah itu sang dokter mulai melakukan tindakan tak senonoh kepadanya.
Chung mengaku sang dokter melakukan pelecehan secara fisik terhadapnya.
Dan saat hal itu terjadi, dia sama sekali tak bisa melakukan apa-apa. “Aku tidak
bisa berkata apa-apa kepadanya. Aku bahkan tidak berani menatapnya. Aku cepat-cepat memakai pakaianku lalu pulang,” tulisnya.
Peristiwa ini rupanya membuat Chung trauma dan menyimpang hal
tersebut sepanjang waktu. Dia sama sekali tak pernah melaporkan perlakuan yang
dia alami kepada polisi atau bahkan kepada keluarganya. Hal inilah yang biasanya terjadi kepada kebanyakan korban pelecehan seksual.
“Aku benar-benar malu dengan apa yang aku alami. Aku berusia 20-an
tahun dan belum tahu soal apa itu seks. Yang aku ingin lakukan adalah mengubur peristiwa itu selamanya dalam pikiranku dan melindungi keluargaku,” terangnya.
Walaupun sang pelaku sudah meninggal 30 tahun yang lalu, namun
ingatan Chung akan peristiwa itu masih tetap kuat. Ingatan itu bahkan kerap mempengaruhi
pikirannya dan membuatnya trauma saat melewati atau datang ke kantor sang dokter.
“Christine, aku juga ketakutan saat aku mengungkapkan hal ini
secara terbuka. Aku tidak bisa tidur. Aku tidak bisa makan. Apa kamu mengalaminya
juga? Kalau tidak, aku mengerti betul alasannya. Aku takut, aku bahkan menangis,” tulis Chung.
Berkat gerakan #MeToo yang berdiri untuk membongkar kasus-kasus
pelecehan seksual terhadap wanita di Amerika, banyak korban yang kemudian dengan
berani mengungkapkan tindakan tak hormat yang pernah dialami para wanita dalam
hidupnya. Mereka akhirnya mulai membuka suara akan akibat yang harus mereka
terima ketika peristiwa pelecehan seksual yang mereka alami mempengaruhi hidup
mereka selamanya.
Tentu saja kita begitu prihatin dengan kasus-kasus pelecehan yang
banyak dialami anak-anak, remaja dan anak muda di berbagai negara saat ini. Bukan
hanya keji, tapi juga bisa mengakibatkan dampak buruk bagi kehidupan korban. Karena
itu, mari mulai mengedukasi anak-anak kita supaya sejak dini mereka bisa mencegah
tindakan pelecehan seksual terjadi atas mereka dan mendorong anak untuk berani bersuara
atas tindakan menyimpang yang dilakukan pihak lain terhadapnya.