Menjalin hubungan itu nggak
pernah mudah. Kita perlu berjuang bersama, komitmen, juga saling mendukung satu
sama lain. Depresi adalah sebuah hal yang nyata. Tumpukan masalah sering
menjadi salah satu faktor pemicunya. Setiap orang punya potensi untuk
mengalaminya, nggak terkecuali kita dan pasangan yang berada dalam hubungan pernikahan.
Saat pasangan kita mengalami depresi, berikut adalah 5 cara kita untuk mengendalikannya.
1 Kenali depresi pasangan dan alasannya
Depresi bisa membuat sebuah
hubungan jadi retak. Misalnya, pasangan jadi lebih cepat terpancing amarah
tanpa menginginkan sebuah penyelesaian. Siapa sih yang tahan kalau selalu dimarahi? Saat kita merasakan ada
yang salah dengan sikap pasangan, mencari bantuan seorang profesional bisa menjadi salah satu solusinya.
Ibarat tidak ada asap kalau tidak ada api,
nggak ada yang namanya depresi kalau nggak ada alasannya. Bantu pasangan untuk
mencari solusinya. Kalaupun kita memilih untuk tidak mendatangi seorang
profesional, cobalah untuk bercerita dengan orang-orang terdekat. Bisa saja itu teman komsel, ibu rohani, atau orang yang jauh lebih berpengalaman.
2. Salah satu obat depresi adalah kita sebagai pasangan
Saat kita mendapati pasangan yang mengalami
depresi, ingatkan pada diri sendiri kalau depresi itu adalah sesuatu yang nyata
dan harus ditindaklanjuti. Kebanyakan orang mengalami depresi karena ada masalah yang belum selesai, tetapi tidak buru-buru diselesaikan.
Ibarat sebuah balon udara, masalah tersebut
kemudian memenuhi dinding balon dan akhirnya siap untuk meledak. Sebagai
pasangan, kita adalah orang yang paling dibutuhkan oleh pasangan dalam menyelesaikan depresinya.
Tanyakan pada pasangan tentang hal yang perlu
kita lakukan juga menjadi hal paling penting dalam menanggapi permasalahan ini.
Tanyakan padanya tentang obat, bantuan, atau aktifitas apa yang perlu kita lakukan untuk membuatnya lebih baik.
3. Assertive communication: salah satu cara untuk kurangi perasaan depresi
Kebanyakan masalah yang dialami oleh pasangan
menikah adalah kurangnya komunikasi. Pastikan kalau kita memberitahu pasangan
kalau kita akan menyelesaikan masalah ini bersama-sama. Ada satu sesi yang
disebut sebagai assertive communication,
dimana kita hanya akan duduk mendengarkan pasangan tentang apapun yang dipikirkannya.
Kalau diingat kembali, memang kadang
satu-satunya yang kita butuhkan adalah didengar, bukan nasihat apalagi penghakiman. Walaupun terdengar sepele, hal ini banyak berhasil dalam beberapa kasus.
Kunci sukses dalam cara ini adalah dengan memastikan pasangan untuk memberi tahu kita setiap sesi ini akan dimulainya, sehingga kita bisa menyiapkan telinga untuk mendengarkan segala keluh kesah pasangan.
Baca juga: Jadikan Istri Prioritas Bukan Lagi Perkara Sulit, Yuk Pakai 4 Cara Ini
4. Kita nggak pernah sendirian
Tuhan selalu mengingatkan kita bahwa kita nggak
pernah sendirian. Ia selalu ada bersama-sama dengan kita, baik itu dalam
kondisi yang baik maupun buruk. Saat kita menghadapi pasangan yang punya
masalah dengan depresi, datanglah pada Tuhan. Kita punya Tuhan yang mahakasih, yang selalu siap untuk mendengarkan setiap masalah kita.
5. Nggak hanya kenyamanan, pasangan juga perlu tindakan yang penuh kasih
Karena tidak tahu bagaimana menanggapi pasangan
yang depresi, sering kita mengatakan, “Semua akan baik-baik saja” pada
pasangan. Padahal, pasangan itu jelas sekali sedang tidak dalam kondisi yang
baik-baik saja. Dibandingkan dengan perkataan yang bikin nyaman, sebagai
pasangan sudah seharusnya kita memberi perhatian lebih pada pasangan.
Setelah melakukan 5 tahapan di atas, kita bisa
mulai mengevaluasi kondisi pasangan. Kalau kondisinya nggak semakin membaik,
ini saatnya kita minta bantuan dari orang-orang yang jauh lebih berpengalaman
seperti mentor rohani, orang tua, bahkan psikolog.