Pernah nggak sih kita
bertanya-tanya, kenapa sih, untuk memulai sebuah hubungan pernikahan, sekarang
ini banyak orang yang perlu pacaran dulu? KBBI mencatat kalau pacaran merupakan
sebuah hubungan yang dijalin oleh seorang perempuan dan laki-laki, di dalamnya ada rasa kasih dan sayang satu sama lain.
Kalau kita cari kata pacaran,
mulai dari Kejadian sampai Wahyu, bisa dipastikan kita nggak akan pernah
menemukan kata tersebut. Firman Tuhan memang nggak secara eksplisit menjelaskan
hal berpacaran. Namun, Tuhan memberikan standar hidup yang perlu kita lakukan sebagai orang percaya.
Nah, kali ini, bersama Bapak Dr. Ir. Jarot Wijanarko, M.Pd, seorang pengkhotbah sekaligus pribadi yang telah menulis berbagai topik tentang hubungan
mulai dari suami-istri, kakak-adik, seksualitas, bahkan sampai tentang kejombloan yang cocok buat kita yang saat ini sedang single ini.
Pacaran, boleh nggak sih?
Saat ditanyai tentang setuju atau tidaknya
masalah pacaran, Pak Jarot menjelaskan kalau budaya ini berubah seiring dengan
berjalannya waktu. Alkitab sendiri, memang nggak mencatat yang namanya pacaran, berbeda dengan hubungan pertunangan atau pernikahan.
Dalam beberapa cerita Alkitab, kita juga bisa
menemukan beberapa pasangan yang dijodohkan, misalnya Ishak dan Ribka. “Kalau
saya, nih, secara pribadi, pacaran itu merupakan tahap persiapan menikah,” jelas Pak Jarot.
Lamanya pacaran yang ideal
Sering banget kita melihat, ada orang yang
sudah 10 tahun menjalin hubungan pacaran, tapi tidak juga menikah. Ada pula
mereka yang baru kenal 6 bulan, tapi sudah mulai mempersiapkan pernikahannya. Soal lamanya waktu pacaran, Pak Jarot punya rumusnya sendiri, nih.
“Jadi, misalnya, kapan nih kita mau menikah? 25
tahun? Atau 27 tahun? Tinggal Tarik mundur aja ke belakang 3 atau 4 tahun,
maksimal 6 tahun, untuk memulai pernikahan ini,” ungkapnya. Kalau bisa, kita
tidak menjalani hubungan pengenalan ini kurang dari dua tahun, tetapi juga
tidak lebih dari 6 tahun, sebab kemungkinan untuk putusnya ini cenderung lebih besar kalau lebih dari angka itu.
Kecuali, kalau kita sudah berada di umur yang
cukup dewasa, contohnya di angka 30 tahun. Ada baiknya agar kita tidak menjalin hubungan pacaran yang lama.
Carilah pasangan hidup, bukan sekedar pacaran
Pak Jarot menggaris bawahi untuk punya motivasi
yang benar dalam menjalin hubungan pacaran ini. Sejak awal, carilah pasangan
hidup, baik itu istri maupun suami, bukan hanya sekedar pasangan yang bisa dijadikan pacar.
Sebab kalau kita cari pasangan hidup, maka kita
akan memilih mereka yang takut akan Tuhan, yang baik, yang bisa dipercaya. Sementara
kalau kita sekedar cari pacar, kita akan cenderug cari mereka yang enak
dilihat, enak dimainin, sehingga nggak jarang kita terdorong dalam dosa seksual
karena motivasi ini.
Satu hal yang perlu kita garis bawahi tentang
pacaran adalah bukan masalah boleh atau tidaknya, tapi, sudahkah kita menjalin
sebuah hubungan pengenalan ini dengan sehat dan memuliakan nama Tuhan di
dalamnya? Ingatlah kalau pacaran adalah sebuah persiapan menuju pernikahan. “Jadi,
jalinlah hubungan ini saat kita siap, bukan karena kita bosan, apalagi
menganggur,” tutupnya.