Kalau di artikel sebelumnya kita belajar soal ‘apakah orang
kaya bisa masuk surga’, maka di artikel kali ini kita membali belajar soal apa itu menjadi kaya.
Ada satu ayat yang berkata bahwa lebih mudah seekor unta masuk
melalui lobang jarum daripada orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah (Lukas 18: 25).
Sebelum mengakui ayat ini dengan imanmu, mari lebih dulu belajar tentang apa itu menjadi ‘kaya’ dan siapa itu orang kaya.
Menurut KBBI, kaya memiliki arti mempunyai banyak harta (uang
dan sebagainya). Yang jadi masalahnya adalah, berapa banyak uang yang dimiliki
seseorang untuk disebut kaya? Apakah seseorang yang punya banyak perusahaan
atau punya trilliunan uang seperti Mark Zuckerberg, Warren Buffett atau Bill Gates bisa disebut kaya?
Apa sih definisi kaya itu? Ayat Alkitab di atas tentu saja bisa
membuat seseorang tak lagi menjadi pemburu uang. Padahal sebenarnya perkara masuk
atau tidak masuk Kerajaan Allah itu sama sekali bukan masalah uang. Sebaliknya hal itu cenderung lebih kepada masalah hati.
Kalau kita memahami bahwa uang bukanlah milik kita namun miliknya Tuhan dan kita hanyalah pengelolanya, maka akan lebih mudah buat kita untuk tak bergantung dengan uang.
Baca Juga :
Pilih Mana, Jadi Orang Kaya yang Masuk Surga atau Masuk Neraka?
Buat Kamu yang Pengen Sukses di Usia Muda, Tiru Aja Rahasia Sukses Founder Alibaba Ini
Jadi, seseorang yang sekalipun kaya secara materi harusnya
menaydari kalau dia hanyalah pengelola dari harta yang dititipkan oleh Tuhan di tangannya.
Apakah seseorang yang tak punya banyak uang akan jauh lebih baik?
Banyak orang berpikir kalau hanya punya cukup uang mereka
akan aman. Mereka memilih tak perlu bekerja keras dalam hidupnya. Tapi tahukah kamu
kalau Yesus sendiri mengajarkan kita tentang perumpamaan talenta. Dia mengisahkan
tentang hamba yang diberi satu talenta tapi tak berbuat apa-apa dengan talenta itu.
Kemudian sang tuan pulang dan menagih hasil dari talenta yang diberikannya.
Sayangnya dia marah kepada si hamba karena dianggap seorang pemalas karena tak berusaha untuk mengelola talenta yang dia punya.
Berapa banyak jumlah uang kita sama sekali bukan masalah utama
kenapa orang kaya tidak bisa masuk surga. Karena Tuhan sendiri memanggil kita untuk
hidup berkelimpahan. Masalahnya adalah ketika kita kehilangan makna dari menjadi
kaya dan panggilan Tuhan dalam hidup kita. Saat kita mulai berubah menjadi orang
yang cinta akan uang daripada cinta Tuhan, maka kita sedang terjerat sebagai hamba uang.
Yesus sendiri berkata ‘mudah sekali bagi orang kaya terikat dengan
uang karena itulah dia akan sulit untuk memberikan semua hartanya kepada Tuhan.
Sementara, kita tahu kalau harusnya kita lebih mengasihi Tuhan di atas dari segala hal yang kita punya.
Jadi, menjadi kaya tidak ditentukan dengan berapa banyak
jumlah uang yang kita punya. Banyak orang
yang punya banyak harta, tapi menyadari kalau apa yang mereka punya adalah milik
Tuhan. Mereka sama sekali gak peduli tentang seberapa banyak harta yang mereka
punya. Sebaliknya, mereka fokus untuk memakai kekayaan mereka untuk membantu orang
lain atau melakukan pekerjaan yang Tuhan mau mereka lakukan untuk kesejahteraan banyak orang. Jadi, mereka tidak melayani uang, tapi melayani Tuhan.
“Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika
demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan
setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat
mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Matius 6: 24).
Jadi, berhentilah untuk menjadi hamba uang. Kita harus memilih
melayani Tuhan atau melayani uang. Tak peduli apakah kita punya banyak atau
sedikit uang. Kita dipanggil untuk selalu merasa puas dan bersyukur dengan apa
yang kita punya. Rasul Paulus bicara soal bagaimaan dia belajar menjadi puas bahkan
saat dia harus di penjara di bawah tanah maupun saat tinggal di istana raja. Dia
tahu bahwa dalam segala keadaan dia harus merasa puas. Dan itulah makna menjadi
kaya yang sesungguhnya.