Mungkin itu adalah pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh semua
orang yang sedang menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, baik itu pria maupun wanita.
Pertanyaan ini mengingatkan saya mengenai pengalaman seorang penulis bernama Aesha Adams Roberts.
Aesha adalah seroang gadis yang sangat rajin gereja dan begitu
mengasihi Tuhan. Setiap minggu dia pasti aktif pergi ke gereja dengan mengikuti
kode etik berpakaian di gerejanya, dia juga begitu lembut dalam berbicara serta taat kepada otoritas.
Di usianya yang ke 20 tahun, beberapa minggu setelah dia
dilamar oleh kekasihnya, dia belajar giat menjadi jauh lebih baik, karena dia
pikir kualitas-kualitas demikian perlu sehingga dia menjadi seorang istri yang baik dan patuh nantinya.
Suatu waktu, mantan tunangannya menjemput dia ke gereja dan
dia terlambat beberapa menit. Ketika dia berlari menuruni tangga apartemennya,
dia lalu masuk ke dalam mobil dan melihat wajah tunangannya mengeras karena marah.
Dia pikir, mantannya marah karena Anesha membuatnya telat ke
gereja. Namun syukurnya tidak karena itu, tetapi justru karena tunangannya
nggak setuju dengan pakaian yang dipakai Aesha. Tunangannya memintanya untuk
mengganti pakaiannya, dan dia diancam nggak akan membawanya ke gereja jika tidak menggantinya.
Aesha bingung karena menurutnya pakaiannya baik-baik saja. Roh-Nya
setinggi pergelangan kaki, bajunya dimasukkan, dan dia rapi serta sopan. Dan dia merasa nyaman saja.
Tetapi tunangannya bertanya kepadanya dengan dingin, mengapa
dia tidak tunduk kepadanya dan melakukan apa yang diperintahkannya. Nggak cuma
itu, tunangannya juga mengingatkannya bahwa tunduk adalah peran sebagai istri, sehingga ia harusnya belajar.
Tapi Aesha merasa dalam dirinya bahwa apa yang dilakukan
tunangannya salah hanya dia tidak tahu bagaimana menjawabnya. Tunangannya membuatnya merasa harus bertanya kepada Tuhan soal ini.
Aesha waktu itu berdiri keluar dari mobil dan menolak
mengganti pakaiannya. Tunangannya sangat marah sehingga dia tidak datang ke gereja bersama.
Mungkin beberapa diantara kita pernah merasakan apa yang Aesha rasakan atau sedang mengalami kondisi itu sekarang.
Merasa nggak kuat ketika melihat pacar kita marah, dan
memanipulasi kita hanya karena kita nggak tunduk padanya. Kita mulai takut
kehilangannya, sehingga pada akhirnya kita meminta maaf dan berkata "saya akan melakukan apa saja yang kamu inginkan."
Kita menjadi seseorang yang kehilangan diri sendiri. Dan hal itu terjadi hanya karena kita nggak mengerti 3 nilai-nilai
yang benar mengenaipenyerahan dan kencan di bawah ini:
1. Penundukan atau patuh hanya untuk pernikahan
Seks bukanlah satu-satunya hal yang harus kamu selamatkan demi pernikahan kamu. Alkitab menginstruksikan bahwa seorang istri harus tunduk kepada suaminya sendiri, tetapi perintah ini bukan untuk seorang wanita harus tunduk pada seorang pria. Jadi selama dia belum jadi suamimu, dia tidak berhak menuntutmu untuk tunduk padanya.
2. Penundukan atau patuh bukan mengenai kontrol
Bukan tugas suami untuk membuat istrinya tunduk atau menyerah.
Tanggung jawab suami adalah untuk memilih apa yang perlu dipatuhi istri. Bukan malah menyalahgunakan hal itu untuk mengendalikan
istri
Adalah tugas suami untuk mengasihi istrinya sebagaimana Kristus mengasihi gereja dan seperti dia juga mencintai tubuhnya sendiri.
Dan itu adalah cinta yang saling menerima, memahami dan
membawa yang terbaik dalam hidup pasangan kita bukan malah mengkontrol dia menjadi seperti apa yang kita kehendaki.
Kita perlu bertanya kepadanya bukan hanya fokus kepada diri kita sendiri dan apa yang kita inginkan.
3. Penundukan atau patuh bukanlah alasan untuk pelecehan secara spiritual
Ya, sebagai pacar seharusnya kita tidak memanipulasi pasangan
kita dengan firman Allah hanya karena dia tidak taat kepada kita seperti yang
dilakukan oleh tunangan Aesha. Intinya adalah ketika kita harus mengubah
siapapun seperti pasangan kita untuk menyenangkan orang-orang disekitar kita,
kita harus ingat bahwa yang harus diubah bukanlah pasangan kamu tetapi
orang-orang disekitar kamu. Jika itu masih wajar, sopan dan tak menyakiti hati
Tuhan, kenapa tidak?
Nah itulah 3 hal yang kamu harus tahu ketika diperhadapkan
dalam keadaan dimana kamu merasa harus tunduk kepada pacar kamu meskipun kamu
terluka. Sebaiknya jangan lakukan itu lagi! Pastikan bahwa kamu memiliki
prinsip dan patuhlah jika memang itu kebenaran. Dan buat kamu para pria, semoga 3 hal di atas
bisa mempersiapkan kamu dan mengerti menggunakan otoritas dalam hubungan
berpacaran ya!