Bukan Sekadar Permainan, Ini Alasan Perjuangan Atlet Identik dengan Hidup Orang Percaya
Sumber: LeanFit

Kata Alkitab / 18 September 2018

Kalangan Sendiri

Bukan Sekadar Permainan, Ini Alasan Perjuangan Atlet Identik dengan Hidup Orang Percaya

Lori Official Writer
3689

Sebuah film berjudul Miracle mengisahkan tentang sebuah tim hoki Amerika yang bertanding di ajang olahraga Olimpiade pada tahun 1980. Pertandingan ini pun dihadiri oleh para petinggi olahraga Amerika.

Namun ada sesuatu yang tak diketahui oleh para pendukung mereka kala itu. Pelatih Herb Brooks memilih daftar pemainnya sendiri. Saat asisten pelatih melihat daftar, dia berkata, “Anda kehilangan beberapa pemain terbaik.”

Jawabnya, “Saya tidak mencari pemain terbaik. Saya mencari pemain yang tepat.”

Herb memang memilih pemainnya tidak berdasarkan siapa yang terbaik, tapi siapa yang memiliki kemampuan tertentu, yang bisa bekerja sama dengan baik, dan yang bisa menghadapi lawan.

Film Miracle adalah salah satu film olahraga terbaik yang pernah ada sepanjang masa. Ucapan Herb jelas begitu memiliki makna yang mendalam. Ucapan itu tak hanya berlaku dalam olahraga saja. Tapi juga bisa berlaku dalam kehidupan kekristenan kita.

Saat Yesus memilih 12 murid-muridNya, Dia tidak memilih orang-orang yang terpandang di tengah masyarakat. Dia justru memilih orang-orang yang tak berpendidikan, tidak beruntung dan terbuang. Bayangkan saja, murid-murid seorang Mesias adalah orang-orang yang dipandang rendahan oleh masyarakat. Tapi uniknya, Yesus memilih mereka karena sesuatu yang unik yang mereka miliki. Ada yang kuat secara fisik, ada yang memiliki karunia, ada yang bersemangat. Tuhan juga menciptakan masing-masing kita dengan karunia, kemampuan, dan keinginan yang berbeda untuk memenuhi peran kita di dalam tim-Nya. Tuhan tidak memilih kita karena kita berbakat atau yang terbaik.

Paulus pernah menyampaikan bahwa, “Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.” (Roma 12: 4-5)

Peran para atlet di dunia olahraga sebenarnya begitu identik dengan kehidupan kita sebagai orang Kristen. Baik perjuangan, tujuan dan prinsip-prinsip hidup menjadi seorang atlet sebanding dengan apa yang dijalani oleh orang percaya setiap hari. Bahkan penulis Perjanjian Baru Rasul Paulus pun pernah menyinggung soal kaitan antara hidup orang percaya dengan dunia olahraga. Dalam surat-suratnya, dia munggunakan kata olahraga lari sebagai analogi untuk menjelaskan apa itu ‘iman’ sebanyak enam kali.

Ada 4 prinsip alkitabiah yang bisa kita petik dari perjuangan para atlet di dunia olahraga.

1. Pentingnya kerja tim

Di Gridirin Gang, Sean Porter, seorang konselor untuk anak remaja, memanfaatkan kecintaannya pada sepakbola untuk menemukan cara untuk menyatukan anggota geng keras. Dia pun mencoba untuk membuat anggota geng Willie dan Calvin bersatu. Pelan-pelan kedua geng ini mulai saling menghormati satu sama lain. Akhirnya, mereka dan rekan satu tim mereka berkumpul bukan hanya sebagai tim, tapi juga keluarga.

Hanya karena orang percaya di dalam Kristus mengklaim Tuhan yang sama, bukan berarti mereka tidak saling bermusuhan. Kita masing-masing bisa menjadi bagian dari satu tubuh seperti dalam Roma 12, tapi bukan berarti semua anggota bisa secara otomatis bekerja bersama dalam kesatuan.

Masing-masing kita punya kepribadian, prasangka, tujuan dan keinginan sendiri. Teman-teman terdekat Yesus, murid-murid-Nya sendiri bahkan sering hidup dalam ego mereka sendiri. Di Markus 9, Yesus sendiri mendapati kalau sesama muridNya berdebat tentang siapa yang terbesar di dalam kerajaan surga. Tapi Yesus sendiri meluruskan pandangan itu dan membuat mereka mengerti soal topik yang mereka sedang perdebatkan.

Kunci supaya bisa bekerja sebagai tim adalah dengan menjadi pribadi yang peka dengan kebutuhan satu sama lain (baca 1 Korintus 12: 20-26).

2. Berlatih tanpa kenal lelah


Untuk menjadi ahli dalam sesuatu, kita butuh latihan terus menerus. Di film Glory Road, pelatih Don Haskins berkata kepada timnya, “Kalian akan bermain bola basket dengan caraku. Cara ini sulit.” Cara itu adalah terus berlatih, berlatih dan berlatih.

Sama seperti atlet harus mengikuti cara pelatihnya, begitu juga dengan orang percaya yang harus mengikuti cara Tuhan sendiri. Cara Tuhan adalah dengan melatih kita setiap hari lewat berdoa, berkumpul dengan sesama orang percaya lainnya dan bertekun dalam pengajaran Alkitab.

Semakin rajin kita melakukannya semakin hidup kita berbuah dengan buah roh: kasih, belas kasihan, kesabaran dan pengampunan. Latihan itu kita lakukan supaya kita bisa menjadi atlet rohani yang lebih baik dan siap menghadapi masa-masa sulit.

Para atlet berlatih setiap hari supaya tubuh mereka lebih kuat dan keterampilan mereka lebih tajam. Sementara orang-orang percaya berlatih supaya iman mereka lebih kuat dan hubungan mereka dengan Kristus lebih tajam.

“Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.” (Filipi 4: 9)

3. Tekun melewati rasa sakit

Dalam film We Are Marshall, hampir seluruh tim sepakbola Universitas Marshall meninggal dalam kecelakaan pesawat. Semua orang terguncang dengan peristiwa ini. Semua orang kehilangan dan bertanya-tanya kenapa hal itu harus terjadi. Setelah tragedi itu, tak seorangpun yang peduli dengan olahraga sepakbola.

Tapi perlahan sepakbola kembali bangkit di kota itu. Sepak bola memberi mereka harapan. Bukan soal kemenangan, tapi soal bagaimana mereka memiliki keberanian untuk kembali ke lapangan dan bermain. Perlahan-lahan, sepakbola kembali bangkit dan menjadi kekuatan kota itu.

Tak seorang pun dari orang percaya yang terbebas dari masa-masa sulit. Tak pernah mudah untuk memahami kenapa hal-hal buruk terjadi. Tapi dari film We Are Marshall, kita harus terus hidup dengan keyakinan bahwa setiap masa-masa sulit akan berakhir (Yakobus 1: 2-4 & 12).


4. Bersikap sportif

Dalam film Coach Carter, Ken Carter melatih tim bola basket yang urakan. Setelah satu pertandingan, dia mengoceh, “Apa yang memberimu hak untuk mencemari permainan yang aku sukai dengan omong kosong dan ejekan? Apa yang memberimu hak untuk bertindak seperti bajingan?”

Setelah menyampaikan hal itu, anggota tim membantah bahwa tim lain juga melakukan hal yang sama. Namun Carter dengan tegas mengatakan bahwa seorang ‘juara’ harusnya tidak bersikap seperti itu.

“dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri..” (Filipi 2: 3)

Carter mencari pemain yang adil, rendah hati, dan hidup penuh hormat. Karena rasa hormat itu mengarah pada kasih yang sederhana. Cinta sejati itu harus harus bisa membangun orang lain dan menuntun kita bertindak seperti juara sejati (1 Korintus 13).

Baca Juga :

Jatuh Terpeleset di Garis Finish

Menuju Garis Finish Perlombaan Iman

Yang tak kalah penting dari semua prinsip di atas adalah baik atlet dan orang percaya harus memiliki kemampuan mengatasi segala rintangan. Dalam Roma 8: 37, Paulus berkata “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”

Di dalam Kristus, kita bisa benar-benar menang dan menyelesaikan pertandingan dengan baik. “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2 Timotius 4: 7)

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami