Nilai tukar
rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) nyaris mendekati Rp 15.000, tepatnya Rp 14.991.15 per Kamis, 6 September 2018.
Meskipun kondisi
melemahnya nilai rupiah ini belum tampak signifikan mendorong kenaikan harga kebutuhan,
tapi di beberapa sektor industri hal ini justru jadi ancaman. Apalagi jika kondisi
ini diprediksi akan bertahan dalam waktu yang cukup lama, bisa-bisa sektor industri yang terdampak akan mengalami kerugian besar.
Karena itu
bagi para pebisnis di 4 sektor ini, perlu lebih waspada lagi dalam menangani masalah pelemahan rupiah saat ini. Adapun sektor-sektor industri tersebut adalah:
1. Bisnis farmasi, produk botani, mesin, tekstil dan transportasi
Bisnis-bisnis
yang disebutkan di atas adalah yang paling merasakan pelemahan rupiah. Alasannya
adalah karena bahan baku untuk bisnis ini sendiri didatangkan dari luar negeri,
istilahnya diimport. Jadi, tentu saja harga dan nilai kirimnya akan jauh lebih tinggi dibandingkan saat rupiah masih dalam kondisi normal.
2. Bisnis elektronik
Komputer, ponsel
dan barang sejenis yang sudah menjadi barang kebutuhan kita sehari-hari ini kebanyakan
diproduksi di luar negeri. Tentu saja kondisi rupiah saat ini akan jadi beban berat
bagi pedagang atau pebisnis elektronik lantaran ongkos yang mereka keluarkan akan semakin tinggi untuk mendatangkan barang-barang baru ke dalam negeri.
“Hampir semua
jenis produk laptop, netbook, printer, proyektor, dan lainnya harganya naik terdampak pelemahan rupiah,” terang Yuriandi, pengusaha toko komputer.
3. Kendaraan
Sama halnya
dengan industri elektronik, industri kendaraan juga akan berdampak besar akibat
nilai tukar rupiah. Pasalnya, hampir kebanyakan produksi motor dan mobil yang kita pakai sehari-hari adalah barang impor dari negara-negara luar.
Akibat kondisi
ini, para pengusaha kendaraan kemungkinan besar akan menaikkan penjualan sekitar 2 sampai 3 persen dari harga sebelumnya.
4. Proyek kelistrikan
Pelemahan rupiah
juga terasa mempengaruhi proyek kelistrikan loh. Hal ini disampaikan langsung
oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Pandjaitan.
Dia menuturkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan proyek terkait kelistrikan harus ditunda untuk sementara waktu.
Menteri
ESDM, Ignatius Jonan juga membenarkan hal tersebut. Dia menyebut bahwa beberapa
proyek pembangunan infrastruktur yang membutuhkan listrik berkapasitas 15.200 megawatt akan ditunda kira-kira sampai tahun 2021 sampai 2026.
Meskipun dampaknya
dalam hal harga kebutuhan hidup atau bidang usaha lainnya belum terlihat, namun
masyarakat juga perlu mempersiapkan diri. Beberapa cara yang bisa dilakukan
pelaku usaha untuk tetap bertahan di tengah pelemahan nilai tukar rupiah adalah dengan :
Selain menerapkan
kebijakan ini dalam dunia usaha, masyarakat juga diharapkan bisa mendukung penekanan
pelemahan rupiah dengan mengurangi wisata ke luar negeri dan memilih berlibur di dalam negeri saja.
“Karena itu
secara nasional menguras kekuatan kita juga. Dan kita mau kas negara kita nggak
tekor, kita tahan dulu,” ucap Sandiaga Uno, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta
sekaligus mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).
Jadi dalam
kondisi ini, pemerintah juga meminta supaya masyarakat jangan terlalu panik dan
mudah terprovokasi dengan ucapan-ucapan negatif yang mengatakan bahwa ekonomi Indonesia
akan tumbang. Mari bersama-sama optimis bahwa kita bisa melewati masa-masa krisis
ini dengan baik.