Mahasiswi Ini Tewas Dibunuh, Keluarga Tetap Belajar Bersyukur Dan Mengasihi

Internasional / 3 September 2018

Kalangan Sendiri

Mahasiswi Ini Tewas Dibunuh, Keluarga Tetap Belajar Bersyukur Dan Mengasihi

Naomii Simbolon Official Writer
2806

Teman-temannya serta seisi keluarganya berduka atas meninggalkan mahasiswi asal Iowa yang mati dibunuh yaitu, Mollie Tibbetts. Semua orang berkumpul di pemakamannya tepat hari Minggu (23/08/18) bulan lalu.

Wanita cantik berusia 20 tahun itu, awalnya hilang dari rumah sekitar tanggal 18 Juli dan semua orang mencoba untuk mencarinya. Sayangnya, pencarian itu berakhir dengan sangat tragis dimana mereka menemukan dia meninggal.

Hasil otopsi menetapkan wanita muda itu dibunuh akibat luka tusukan yang parah.

Dan seorang pria ditetapkan menjadi tersangka, yaitu Christian Bahena Rivera. Dia akhirnya ditahan oleh polisi dan akan mengikuti sidang dengan uang jaminan 5 juta dollar.

Dikutip dari Chirstiantoday, ayahnya Rob Tibbets yang ditemui di acara pemakaman di Brooklyn Guernsey Malcom High School di Brooklyn, mengatakan bahwa putrinya adalah seorang pahlawan.

"Hari ini mari kita membuka lembaran baru, kita sedang berada di akhir sebuah pencobaan yang panjang dan menyedihkan," katanya. "Tapi kita harus terus memandang pada kehidupan, kehidupan Mollie. Mollie adalah pahlawanku," tambah sang ayah.

Pembunuhan Mollie Tibbets semakin meningkatkan debat tentang imigran di Amerika Serikat, karena  sebuah berita  mengatakan bahwa Rivera (tersangka) adalah seorang imigran tanpa dokumen dari Meksiko.

Namun di hari pemakanan Mollie, Rob Tibbets sang ayah justru bicara dengan baik-baik dengan komunitas imigran setempat dan berkata," Komunitas Hispanik adalah orang Iowan. Mereka memiliki nilai yang sama dengan Iowan. Sejauh yang saya ketahui, orang Iowan adalah orang baik."

Anggota keluarga yang lain seperti sepupunya Morgan Collum juga mengajak semua orang jangan pernah marah kepada Tuhan atas apa yang telah terjadi kepada Mollie.

"Tolong, jangan marah kepada Tuhan karena Dia mengambil Mollie dari kita," katanya di kutip dari Christiantoday.

Bahkan sebaliknya, dia mengatakan syukur atas apa yang Tuhan izinkan terjadi kepada Mollie.

"Sebaliknya, puji Tuhan untuk ciptaanNya yang sempurna yaitu jiwa yang begitu manis, begitu murni dan sangat peduli kepada kita semua."

Dan lebih dari 1000 orang datang ke pemakanan Mollie Tibbets.

Mollie sedang belajar psikologi di University of Iowa yang kembali liburan ke Brooklyn kampung halamannya pas liburan musim panas dan di sanalah dia menghilang.

Pendeta Corey Close, dari Gereja Katolik St. Patrick di Brooklyn bahkan menggambarkan dalam homilinya bahwa Mollie  hadir sebagai cahaya yang bersinar terang yang memiliki sukacita yang menular ke orang lain.

"Ketika saya memikirkan kehidupan Mollie Tibbets dan kematiannya yang sangat tragis ini, saya bertanya-tanya mengapa ia bisa pergi duluan sedangkan saya masih disini," katanya.

Namun pendeta itu berkata untuk terus melanjutkan hidupnya dan mengerjakan panggilannya untuk hidup yang lebih baik, sama seperti Mollie.

"Jangan biarkan Mollie mati sia-sia," desaknya.

Pendeta tersebut mengingatkan agar kita benar-benar mendedikasikan hidup kita kembali untuk sebuah kehidupan yang lebih baik, setia dan saleh. Mungkin kita sering merasa lemah namun energi Mollie, senyumnya, dan keuletannya untuk melakukan yang terbaik mengingatkan kita untuk melakukan yang terbaik juga.

Sumber : christianToday
Halaman :
1

Ikuti Kami