Konflik antara warga Desa Oebelo dengan Desa Tanah Merah, Kecamatan
Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Tengah melibatkan ratusan warga
sejak Kamis, 23 Agustus 2018. Bentrok antar warga ini menyebabkan dua orang
dinyatakan tewas, sementara beberapa orang lainnya mengalami luka-luka. Adalah
Andensio Da Cruz (21) dari Desa Oebelo dan Kamarudin (60) yang merupakan warga Desa Tanah Merah tewas dalam bentrokan tersebut.
Mengenai penyebabnya, hingga kini
Polres Kupang masih mendalami penyebab terjadinya konflik ini. Ada banyak isu
yang menyebar tentang pemicu bentrokan ini. Hal ini membuat Ketua Majelis
Jemaat GMIT Emaus Oebelo, Pendeta Regina Bule Logo Duri menampung lebih dari 200 orang yang didominasi oleh kaum perempuan dan anak-anak.
"Terutama anak-anak dan kaum
perempuan terpaksa mengungsi ke gereja untuk menyelamatkan diri dari konflik
antara warga Desa Oebelo dengan Tanah Merah," terang Regina yang dikutip dari Liputan6.com.
Regina juga menceritakan kalau
warga yang mengungsi
masih mengalami trauma untuk kembali ke rumahnya, sehingga mereka memilih untuk tetap berada di gereja.
"Ada warga yang memilih
pulang ke rumah untuk makan, mandi serta berganti pakaian, sesudah itu kembali berkumpul bersama warga lainnya di gereja tersebut," ungkapnya.
Regina juga menjelaskan kalau pihaknya telah melibatkan
pihak Majelis Klasis Kupang Tengah dan Sinode GMIT, juga pemerintah setempat
untuk memberi perhatian lebih bagi warga Desa Tanah Merah dan Oebelo yang menjadi korban secara mental dan trauma akibat bentrok ini.
Sampai tanggal 29 Agustus 2018
kemarin, ibu-ibu, anak dan lansia masih mengungsi di gereja sebab takut ada
serangan susulan.
Mengenai bentrokan ini, kiranya kita membawa mereka
dalam doa sehingga seluruh warga Tanah Merah dan Oeselo, bahkan di seluruh
Indonesia bisa senantiasa aman dan mengalami damai sejahtera.