Keluarga Mollie Tibbetts yang Tewas Dibunuh Berpesan ‘Jangan Marah Pada Tuhan’
Sumber: Rolling Stone

Internasional / 30 August 2018

Kalangan Sendiri

Keluarga Mollie Tibbetts yang Tewas Dibunuh Berpesan ‘Jangan Marah Pada Tuhan’

Lori Official Writer
2961

Kasus pembunuhan seorang pelajar asal Brooklyn, Mollie Tibbetts sontak jadi perhatian publik. Gadis berusia 20 tahun ini ditemukan tewas sejak setelah hilang sejak 18 Agustus 2018 lalu.

Setelah melakukan pencarian beberapa waktu lamanya, Mollie ditemukan tak lagi bernyawa. Proses otopsi pun dilakukan dan ditemukan ada bekas luka tusuk di bagian tubuhnya. Diduga keras kematian Mollie akibat dibunuh.

Seorang pria bernama Christhian Bahena Rivera telah diamankan dan diduga kuat sebagai pelaku pembunuhan Mollie. Saat ini dia sudah diamankan dan akan menunggu persidangan.

Setelah mengusut kasus tersebut, jenazah Mollie akhirnya dimakamkan di SMA Brooklyn Guernsey Malcon pada hari Minggu, 26 Agustus 2018 lalu. Saat detik-detik pemakaman sang ayah, Rob Tibbets pun menyampaikan ucapan perpisahan yang terakhir kalinya untuk putrinya itu. Dia menyebut Mollie sebagai ‘pahlawan’.

“Hari ini kita perlu membalik halaman. Kita berada di akhir cobaan yang panjang. Tapi kita beralih ke kehidupan, hidup Mollie, karena Mollie tak ingin jadi korban. Mollie adalah pahlawanku,” ucap Rob.

Sementara kasus pembunuhan ini telah mengundang perdebatan tentang masalah imigrasi di Amerika Serikat (AS). Pasalnya, pelaku pembunuh Mollie ternyata adalah seorang imigran Meksiko yang masuk ke Amerika tanpa surat-surat resmi.

Di tengah hiruk pikuk perdebatan itu, Rob justru mendatangi komunitas imigran setempat dan menyampaikan pesan hangat. Katanya, “Komunitas Hispanik adalah orang lowan. Mereka memiliki nilai yang sama dengan orang-orang lowan. Sejauh yang saya tahu, mereka adalah orang lowan yang pemenuhan kebutuhan yang baik.”

Sementara anggota keluarga lainnya berpesan kepada semua orang yang ikut merasakan kehilangan untuk tidak marah kepada Tuhan atas nasib yang menimpa Mollie.

“Tolong, jangan marah kepada Tuhan karena sudah mengambil Mollie dari kami. Sebaliknya, pujilah Tuhan atas karya ciptaan-Nya yang sempurna karena menciptakan satu jiwa yang manis, murni dan peduli dengan semua hal,” kata Morgan Collum, sepupu Mollie.

Sementara diketahui, sebelum peristiwa pembunuhan terjadi Mollie sebenarnya saat itu sedang liburan musim panas di kampung halamannya di Brooklyn. Dia adalah lulusan SMA dari sekolah setempat dan kemudian tengah menjalani pendidikannya di jurusan psikologi di Universitas of Lowa.

Di mata orang-orang yang mengenalnya, Mollie adalah gadis yang ramah dan baik. Banyak diantaranya yang bahkan tak menyangka jika hidup gadis muda itu harus sesingkat itu. Namun kematian Mollie diharap bisa mengingatkan setiap orang untuk selalu hidup dalam kasih dan kebaikan kepada semua orang seperti yang dilakukan Mollie semasa hidupnya.

“Jangan biarkan Mollie mati sia-sia. Dedikasikanlah kembali dirimu untuk menjalani kehidupan yang baik, kehidupan yang penuh iman, baik dan penuh kasih. Mudah sekali untuk membenci, merasa tak ada yang bisa kita bagikan. Tapi kekuatan, senyuman dan keuletan Mollie mengingatkan kita untuk melakukan hal-hal baik,” ucap Pendeta Corey Close dari Gereja Katolik St. Patrick, Brooklyn.

Sumber : Christiantoday.com/Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami