Pemimpin Gereja Inland Hills, California, Pendeta Andrew Stoecklein memutuskan untuk mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri pada Sabtu, 25 Agustus 2018 lalu. Kabar inipun membuat jemaat gerejanya terpukul dan begitu berduka.
Kabar kematian inipun disampaikan oleh sang istri, Kayla melalui akun Instagramnya. “Tadi malam, orang yang aku cintai, ayah dari anak-anakku dan pendeta dari gereja kami yang luar biasa menghembuskan nafas terakhirnya dan telah pergi untuk selama-lamanya,” tulisnya.
Baca Juga :
Kayla mengaku,
sebelum memutuskan bunuh diri suaminya itu memang sedang menderita depresi dan kecemasan.
“Bukan keajaiban
yang aku harapkan, tapi dia sekarang di surga bersama ayahnya. Dia adalah suami
yang luar biasa, dia benar-benar membuatku lebih baik, membuatku merasa seperti gadis tercantik di dunia, dan dia sangat mencintaiku,” tulisnya.
Di tengah
duka yang sedang dia dan ketiga anaknya alami saat ini, Kayla meminta dukungan doa
dari semua orang. Dia benar-benar tak menyangka jika suaminya memilih untuk mengakhiri hidup dengan cara tersebut.
“Tolong doakan aku dan anak-anakku. Aku tak tahu bagaimana aku menghadapi (situasi) ini, aku benar-benar patah hati, tersesat dan hampa. Aku sama sekali tak pernah membayangkan akhir ceritanya akan seperti ini,” lanjutnya.
Supaya tak
bernasib sama dengan suaminya, Kayla mendorong siapapun yang sedang menghadapi depresi dan punya keinginan bunuh diri untuk segera mendapatkan pertolongan.
Sementara,
kabar kematian Pendeta Stoecklein ini banyak mendapat sorotan di media online,
termasuk dari sesama pendeta yang juga pernah berjuang dalam menghadapi kesehatan
mental. Beberapa diantaranya mengaku menyesal dengan keputusan bunuh diri yang diambil Stoecklein.
“Aku tak
kenal dengan Pendeta Andrew dan aku tak akrab dengan gereja itu. Aku menyesal dia
merasa seperti itu. Penggembalaan itu memang sulit dan kadang-kadang (pendeta) bisa
merasa sangat kesepian. Sulit untuk punya teman sejati yang bisa jujur dengan kita
tanpa takut dihakimi. Keluargaku dan gerejaku mendukung Gereja Inland Hills dan
keluarga Pendeta Andrew,” tulis Scott Graham, Pendeta Real Life Church of Kankakee, IIlinois lewat akun Facebook-nya.
Sementara pemimpin
Christ Church of Orlando Lead Pastor Paul Valo menyampaikan lewat laman Facebooknya.
“Depresi itu nyata dan pendeta tak terkecuali atau bisa mengalaminya juga. Di
generasi ini, para pendeta diharapkan bisa jadi penyelamat bisnis, quotes khotbah
di Instagram jadi selebriti, sepenuhnya bisa diakses, sangat rohani, tak
terlalu muda, tak terlalu tua dan kalau seorang pendeta tak cukup memenuhi
harapan, mereka diberi peringkat dua dari lima bintang di Google. Wow! Peringkat
kita dikurangi di Google! Aku merekomendasikan kalian untuk berdoa bagi pendeta
(gereja) mu dan dukung gereja dengan setia! Kamu mungkin tak akan pernah menyadari apa yang mereka jalani secara pribadi,” tulisnya.
Sementara pendeta
lainnya mengirimkan dukungan penuh kepada semua jemaat yang ditinggalkan oleh
Pendeta Stoecklein. “Aku tak tahu gereja ini, kosntituennya atau pendetanya.
Tapi sebagai seorang Kristen, seorang pendeta, suami dan ayah…aku berdoa,
berbelasungkawa dan kasihku ada bersama keluarga, gereja dan orang-orang
terdekat. Aku berharap bisa memeluk kalian semua, tapi aku tidak bisa. Namun Tuhan
bisa melakukannya,” kata Jeff Burrell, pemimpin Gereja Kilough.
Ya, bahkan pendeta
sekalipun memang tak bisa terhindar dari masalah kesehatan mental semacam depresi.
Karena itulah, sebagai jemaat kita perlu mendukung para pemimpin kita dalam tugas
pelayanannya dan meminta supaya mereka lebih mengandalkan Tuhan dan dewasa dalam
menghadapi setiap persoalan yang muncul dalam gereja. Karena gereja adalah
milik Tuhan dan sudah seharusnya kita menyerahkan setiap pergumulan dan masalah
di bawah kakiNya. Tidak dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri.