Misionaris Ini Rela Korbankan Nyawa Demi Jangkau Tana Toraja Dengan Injil
Sumber: Tirto.id

Nasional / 20 August 2018

Kalangan Sendiri

Misionaris Ini Rela Korbankan Nyawa Demi Jangkau Tana Toraja Dengan Injil

Lori Official Writer
4930

Siapa sangka hadirnya kekristenan di Tana Toraja, Sulawesi Selatan gak terlepas dari perjuangan para misionaris yang datang ke sana. Antonie Aris van De Loosdrecht adalah missionaris pertama yang datang ke Tana Toraja untuk mengabarkan injil.

Kedatangannya pada tahun 1913 ke daerah ini tak sia-sia. Meskipun hanya bisa mengabdi selama empat tahun karena mati martir setelah ditombak oleh sekelompok orang yang tak suka dengan aktivitas penginjilanya di sana. Tapi benih injil yang ditanam Antonie di Tana Toraja membuahkan pertumbuhan kekristenan yang sangat pesat saat ini.

Saat kehadirannya di sana, Antonie dan lembaga missionaris GZB (Gereformeerde Zendingsbond) memulai pelayanannya dengan membangun banyak sekolah. Lewat pendidikanlah agama Kristen terus berkembang di sana.

Baca Juga :

Tana Toraja Segera Resmikan Patung Yesus Tertinggi di Dunia

Proyek Patung Yesus di Tana Toraja Diduga Bermasalah

Tapi jalan untuk mencapai itu bukanlah proses semudah membalikkan telapak tangan. Sebelum kekristenan hadir, masyarakat Toraja masih sangat kental dengan kepercayaan animismenya yang disebut dengan Aluk Todolo.

Namun di tengah kekuasaan kolonial Belanda, ritual keagamaan ini sempat dilarang. Para kolonial Belanda bahkan berusaha membasmi kepercayaan tersebut secara paksa sampai ke akar-akarnya dengan menangkap orang-orang yang melakukan ritual agama dan menuduh mereka sebagai penyihir.

Antonie sama sekali tak terima dengan cara pemerintah kolonial tersebut. Dia akhirnya menulis surat penolakan dan meminta supaya pemerintah kolonial membuka ruang diskusi dengan masyarakat setempat.

Sekalipun dia bertujuan untuk menghadirkan kekristenan di Tana Toraja, Antonie tetap menilai bahwa pemaksaan keyakinan bukanlah jalan penginjilan yang tepat. Dia memilih menjangkau masyarakat dengan berbaur, merangkul dan beradaptasi dengan kebiasaan masyarakat lokal setempat sembari menanamkan injil kepada orang-orang yang didekatinya.

Hal pertama yang dilakukan Antonie saat pertama kali tiba di Tana Toraja adalah dengan menemui para tetua adat. Mereka lalu duduk bersama sembari berbincang-bincang. Di tengah perbincangan itulah Antonie sekali-kali bercerita tentang kehidupan semasa di Belanda dan menyelipkan kisah-kisah menarik dari Alkitab.

Hal-hal semacam inilah yang dilakukannya untuk menanamkan nilai-nilai Alkitab kepada masyarakat. Tak hanya orang dewasa, Antonie juga mengajarkan anak-anak muridnya tentang kekristenan di sekolah. Perlahan tapi pasti, satu per satu masyarakat Toraja menjadi tertarik mendalami ajaran Kristen.

Penginjilan yang dilakukan selama empat tahun itu, kini sudah bisa dilihat secara nyata. Saat ini, kekristenan sudah mencapai 75% di Tana Toraja. Sementara penganut agama lokal Alukta hanya 15% dan 10% Islam.


Meskipun mayoritas Kristen, tapi adat istiadat lokal masih tetap dilestarikan. Sampai hari ini, mereka masih terus menjalankan beragam ritual adat sebagai penghormatan kepada nenek moyangnya. Karena bagi orang Toraja, adat berperan penting dalam membangun hubungan persaudaraan dalam keluarga.

Sumber : Tirto.id/Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami