Andrew Brunson, pendeta yang
telah melayani di Turki lebih dari dua dekade saat ini menjalani tahanan rumah,
setelah satu setengah tahun dipenjara dengan tuduhan menjadi mata-mata dan
membahayakan keamanan negara. Pada
proses pengadilan pada 18 Juli lalu, salah satu saksi memberatkan Pendeta Brunson adalah mantan jemaatnya.
“Pendeta Brunson duduk di sana
mendengarkan kesaksian mantan jemaat gerejanya, orang yang mungkin dibabtisnya,
orang yang minum teh bersamanya, bersaksi melawan dia,” demikian ungkap
Kristina Arriaga, wakil direktur United States Commission on International Religious Freedom yang menghadiri sidang tersebut.
Arriaga duduk mendampingi istri Pendeta Brunson saat menjalani proses pengadilan. Saat ditanya apa yang menjadi alasan mantan jemaat itu bersaksi melawan Brunson, Arriaga berspekulasi, “Saya bayangkan orang-orang ini berada di bawah tekanan yang sangat besar yang mengancam pekerjaan mereka atau sumber penghasilan keluarganya. Kita tidak pernah tahu ancaman seperti apa yang mereka alami.”
Baca juga:
Dianggap Lakukan Aksi Terorisme, Otoritas Turki Telah Penjarakan Pendeta ini Selama Lebih 500 Hari!
Dituduh Spionase, Pendeta Amerika Ini Dituntut Hukuman Penjara Seumur Hidup di Turki
Salah seorang pemimpin gereja
Amerika yang menghadiri proses pengadilan itu mengungkapkan kepada Christian
Post bahwa sesudah tanggal 18 Juli itu, jaksa penuntut akan membawa 3 saksi palsu lagi untuk memberatkan Brunson.
Namun saat ditanya bagaimana
respon Brunson atas hal ini, Arriaga menjelaskan sambil menangis, “Hakim pada
satu titik, saat siang hari berbalik kepadanya dan meminta Andrew Brunson untuk
berbicara bagi dirinya sendiri. Ia
menjawab, ‘Iman saya mengajarkan untuk mengampuni. Jadi saya mengampuni mereka yang bersaksi melawan saya.”
“Terjadi keheningan di ruangan
itu. Saya tahu istrinya, yang lembut dan sangat kuat, mungkin mendengar hal itu
sebagai jawaban yang wajar. Tetapi saya
dibuat tertegun dan terharu ketika dia mengatakannya,” tambah Arriaga.
Penangkapan Andrew Brunson sendiri menimbulkan ketegangan antara Turki dan Amerika Serikat. Bahkan menurut Presiden Turki Tayyip Erdogan, Amerika memberi tenggat waktu hingga hari Rabu besok (15/8/2018) untuk membebaskan Brunson, jika tidak maka ancaman sanksi akan dilaksanakan. Karena ketegangan ini, ekonomi Turki saat ini terguncang, bahkan nilai mata uang mereka mengalami penurunan tajam.
Disakiti atau dikhianati oleh orang yang kita kenal dan kasihi pasti sangat menyakitkan, namun seperti yang Pendeta Brunson katakan, bahwa sebagai murid Kristus kita diajarkan untuk mengampuni dan mengasihi musuh dan orang yang menganiaya kita.
Sumber : Christianpost.com