Jelang Pilpres, Banyak Tokoh Serukan Jangan  Ada Lagi Politisasi Agama
Sumber: Antara/Akbar Nugroho Gumay

Nasional / 7 August 2018

Kalangan Sendiri

Jelang Pilpres, Banyak Tokoh Serukan Jangan Ada Lagi Politisasi Agama

Puji Astuti Official Writer
2498

Suasana politik di Indonesia mulai memanas, terlebih memasuki masa pendaftaran calon presiden dan wakil presiden pada tanggal 4-10 Agustus 2018 ini. Banyak tokoh masyarakat dan cendekiawan melihat krusialnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa jelang PEMILU 2019 nanti, untuk itu banyak pihak menyerukan agar tidak ada lagi politisasi agama atau pun menggunakan isu SARA demi meraih suara.

Salah satu pihak yang menyerukan hal ini adalah dari Cendekia Muda Nusantara, mereka berharap apara elite politik bisa mewujudkan dinamika politik yang kompetitif dan konstruktif.

“Khususnya para petinggi partai politik, petinggi ormas, serta ulama-ulama berpengaruh untuk bersama-sama menjaga agar tidak ada lagi politisasi agama (Islam) untuk kepentingan kelompok tertentu secara terbuka maupun tertutup,” demikian pernyataan Ketua Umum Cendekia Muda Nusantara, Adi Baiquni yang dikutip oleh Tribunnews.com, Jumat (3/8/2018) lalu.

Senada dengan Adi, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan akan bahayanya politik identitas yang mengatasnamakan agama saat membuka Musyawarah Antar Umat Beragama yang digelar Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali, pada Sabtu (4/8/2018) lalu.

"Gejala pemanfaatan agama dalam kancah perpolitikan tanah air membuat tantangan yang dihadapi dalam upaya memelihara keharmonisan antar umat beragama menjadi semakin kompleks," demikian pernyataannya yang dirilis oleh Kumparan.com.

Baca juga:

Bentrok Dengan Hari Penting Agama, Pejabat di NTT Ini Minta KPU Ubah Jadwal Pemilu 2019!

Jelang Pemilu 2019 Kemenag Lakukan Survei Indeks Kerukunan Umat Beragama, Ini Alasannya!

Selain itu, Made Mangku Pastika juga mengingatkan pengaruh kemajuan IT yang bisa menjadi ancaman kerukunan umat.

“Satu sisi mempermudah kehidupan, namun jika tidak dimanfaatkan secara bijak, bisa menjadi ancaman,” demikian tegasnya.

Dalam berita yang dirilis Detik.com, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiya Ahmad Syafii Maarif atau yang akrab disapa Buya Syafii juga mengamati kecenderungan negative menggunakan nama Tuhan dan agama dalam politik ini.

"Yang repotnya ini yang terlibat kan profesor, tamatan Amerika, Eropa, Australia. Kalau dia sudah masuk ke politik itu biasanya kewarasan sudah hilang, rasionalitas hilang," demikian Buya Syafii berkomentar saat hadir dalam diskusi bertajuk 'Agama, Politik, dan Politisasi Agama', di Museum Kebangkitan Nasional, Senen, Jakarta Pusat, Minggu (29/7/2018).

Ambisi untuk meraih kekuasaan sering membuat orang membabi-buta dan menghalalkan segala cara, yang pada akhirnya malah merusak kerukunan dan kesatuan yang sudah terbangun di bangsa Indonesia ini. Untuk itu, masyarakat harus lebih waspada dan bijaksana dalam menanggapi setiap isu yang muncul dalam proses demokrasi ini. Mari wujudkan PEMILU yang damai, santun dan rukun, sehingga Indonesia yang lebih baik bisa terwujud. 

Sumber : Berbagai Sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami