Ask The Expert : Apakah Masturbasi Itu Normal? Ini Tanggapan Psikolog Elizabeth Santosa

Single / 6 August 2018

Kalangan Sendiri

Ask The Expert : Apakah Masturbasi Itu Normal? Ini Tanggapan Psikolog Elizabeth Santosa

Naomii Simbolon Official Writer
15478

Dunia menawarkan begitu banyak hal untuk kita memuaskan diri sendiri. Mulai dari memuaskan diri demi kepuasan fisik sampai pada kepuasan jiwa. Namun memang semua hal tersebut adalah kebutuhan semua orang.

Salah satu bagian kecil dari cara manusia memuaskan dirinya sendiri adalah mastubasi. Suatu hal yang mungkin udah nggak asing lagi di telinga kita.

Meskipun memang banyak yang nggak mengakuinya, tapi kata "masturbasi" sudah sangat familiar di telinga setiap kita.

Menurut Wikitionary, masturbasi itu adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kepuasan seks tanpa berhubungan kelamin.

Sebenarnya apakah masturbasi itu normal?

Sebelum kita bahas lebih dalam, kita harus tahu dulu kapan prilaku mastubasi itu mulai mucul.

Menurut Penulis buku Rising Children in Digital Era, Elisabeth Santosa, masturbasi dimulai dari masa remaja usia 11-13 tahun dimana anak mulai mengeksplorasi diri.

"Perilaku masturbasi dan onani ini biasanya dimulai pada saat anak mulai mengeksplorasi diri, biasanya di masa akhir balik, biasanya di usia 11-12 tahun. Tapi sekarang, dalam perubahan zaman ini dimulai lebih dini lagi," katanya ketika di wawancarai oleh tim Ask The Expert Jc Chanel sebulan yang lalu (11/06/2018).

Nah, apakah normal atau nggak, hal ini masih terus menjadi perdebatan serta pro dan kontra buat beberapa kalangan terutama  dalam kehidupan Kristen.

Ketika kami wawancarai beberapa waktu lalu, Psikolog cantik yang sering dipanggil Lizzie ini menyebutkan bahwa mastubasi adalah normal karena adanya hormonal yang secara naluriah membuat seseorang menjelajahi atau mengeksplorasi tubuh sendiri untuk seks.

"Masturbasi itu masuk dalam rana normal karena ada hal-hal hormonal yang mucul secara naluriah, itu membuat manusia mengeksplorasi tubuhnya sendiri, khususnya seksualitasnya sendiri."

Namun ternyata, mastubasi juga bisa masuk dalam rana tidak normal jika seseorang melakukannya terus menerus sehingga menjadi ketergantungan atau kencanduan.

Lalu, apakah dampak dari seseorang yang sering melakukan masturbasi?

Pertama, mengganggu fungsi otak

Menurut Lizzie, ketika seseorang ketergantungan atau kencaduan dengan masturbasi ataupun onani, maka mereka akan mengalami dampak buruk yang mengubah atau menganggu struktur otak khususnya Prefrontal cortex.

Prefontal cortex adalah otak besar yang terletak paling depan yang biasanya digunakan oleh manusia untuk mempertimbangkan suatu hal baik itu buruk ataupun nggak. Sehingga ketika fungsi Prefrontal cortex otak terganggu akibat dari kecanduan mastubasi, maka dampak yang terjadi adalah otak tidak akan bisa mengkontrol kebiasaan masturbasi, alhasil seseorang tidak bisa berhenti melakukannya. Bisa kamu bayangkan kan, gimana jika seseorang kecanduan masturbasi dan tak lagi bisa mengkontrol pikiran?

Kedua, membuat seseorang memanipulasi yang tidak benar menjadi benar

Mengutip dari pendeta muda Raditya Oloan, Lizzie mengatakan bahwa mastubasi bisa membuat kita mempelajari yang namanya the art of manipulation, yang berarti kita belajar memanipulasi sesuatu yang nggak benar menjadi benar, yang nggak nyata menjadi nyata.

Sebenarnya kan seks itu dilakukan dengan pasangan, namun karena seseorang kecanduan dengan masturbasi sehingga dia merasa tak butuh pasangan karena bisa melakukan dan memuaskan dirinya sendiri dengan cara demikian.

Nah, kalau dipikir-pikir, tindakan mastubasi ini bisa berakibat fatal juga lho ke dalam sebuah pernikahan ke depan.

Jika seseorang ketergantungan masturbasi maka pasangan bisa merasa selalu tidak puas dengan hubungan suami-istri yang dilakukan. Ini bisa menjadi sebuah pemicu yang membuat hubungan dalam pernikahan menjadi renggang.

Lizzie mengingatkan bahwa jika kita mendapati diri kita sudah tidak seimbang lagi dan ketergantungan dengan masturbasi, apalagi kita mendapati sekitar sudah tidak lagi merasa nyaman dengan perilaku kita atau sahabat dan keluarga sudah mulai mengeluh , maka kita harus segera mengambil tindakan untuk pemulihan.

"Ada banyak cara, bisa datang kepada pakarnya seperti psikolog atau psikiater dan dokter. Atau bisa datang kepada teman untuk menceritakan permasalahan ini. Karena memang ketergantungan pasti sangat menganggu."

Kejujuran atau keterbukaan adalah awal menuju pemulihan. Jika teman-teman merasa ingin pulih dari kebiasaan ini, maka kami siap melayani kamu di SAHABAT24 :1-500-224 dan 0811-9914-240 (Telepon); 0817-0300-5566 (SMS)

Teleponlah, SMSlah, kapanpun kami siap melayani!

Sumber : JC Chanel
Halaman :
1

Ikuti Kami