Label masyarakat modern yang erat
dengan budaya konsumtif sangat
erat dengan kita. Budaya konsumtif menjadikan seseorang atau kelompok yang
menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan.
Positifnya, kehadiran budaya ini membuat banyak
pabrik atau penyedia jasa memiliki pasar yang semakin banyak. Sementara dari
sisi negatif bisa dirasakan oleh pribadi orang tersebut. Ketika ia sampai di rumah
seusai belanja, ia kemudian mendapati kalau setengah dari barang belanjanya tidak benar-benar ia butuhkan.
Perilaku konsumtif terdiri dari 3 tipe, pertama
konsumsi adiktif yang mengonsumsi barang atau jasa karena ketagihan, konsumsi
kompulsif yang berbelanja secara terus menerus tanpa memperhatikan apa yang
sebenarnya ingin dibeli dan terakhir pembelian impulsif yang sebenarnya
memiliki daya guna bagi individu, hanya saja pembeliannya tersebut biasanya dilakukan tanpa ada perencanaan sebelumnya.
Ada banyak faktor yang mendasari seseorang
bersikap demikian, misalnya cara pembayaran yang sangat mudah dilakukan, kehadiran
kartu kredit, misalnya. Bisa juga karena faktor pekerjaan yang mengharuskan
seseorang tampil dengan baik, sehingga ia harus membeli banyak barang untuk menunjang penampilannya tersebut.
Terakhir ada situasi ekonomi, tentu saja bukan
menjadi masalah kalau sikap ini dimiliki oleh mereka dengan penghasilan besar,
tapi kalau sikap ini dipertahankan oleh mereka dengan ekonomi 'pas-pasan', sikap ini bisa menimbulkan masalah.
Apakah sikap konsumtif yang melekat dengan kita itu selamanya buruk?
Dalam Doa Bapa Kami, Matius 6:11, “Berikanlah
kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Tidak sedikit dari kita yang
terobsesi dengan apa yang dimiliki oleh orang lain, seperti materi, talenta,
paras, dan hal lainnya. Semakin kita membandingkan diri dengan orang lain, iri
hati akan terus bertumbuh dalam diri kita.
Tuhan mengajarkan kita untuk meminta secukupnya, tidak berlebihan. Namun sebagai manusia kita sering meminta sesuatu karena faktor iri hati tersebut. Tidak jarang kita melupakan hal-hal terbaik yang telah Tuhan berikan pada kita karena terlalu fokus pada hal-hal yang tidak kita miliki.
Baca juga: Unik! Atur Lalu Lintas Sambil Menari, Pria Ini Ajarkan Untuk Kerja Dengan Sukacita
Banyak orang percaya yang terikat dengan
perilaku konsumtif, sehingga ia tidak pernah puas atas apa yang dimilikinya,
padahal Doa Bapa Kami mengajarkan kita untuk meminta kecukupan pada Tuhan.
Rasul Paulus dalam 1 Timotius 6:8, “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.”
Sikap manusia kita seringkali membuat kita
tidak mengetahui secara persis apa yang bisa disebut sebagai cukup tersebut. Kita
perlu menyadari kalau Tuhan selalu mengetahui dan memahami setiap hal yang kita
butuhkan.
Bukankah kita seharusnya menjadi berbeda dengan
dunia ini dan menjauhi hawa nafsu dunia? Tuhan selalu memberkati kita dengan
cara-Nya yang paling baik dan waktu Tuhan itu selalu tepat. Ia sangat baik dan
akan mencukupkan setiap kebutuhan kita sehari-hari. Melihat dampak negatif dari perilaku konsumtif yang berlebihan,
kita harus bisa belajar untuk mencukupi diri kita, dengan demikian kita akan
dengan mudah mengucap rasa syukur atas setiap hal yang Tuhan berikan kepada
kita.