Sejak dulu, saya selalu menyukai film-film komedi
yang dibintangi oleh Adam Sandler. Meskipun film sekuler, ada satu film yang
dibintanginya dan itu cukup berkesan buat saya. Judul film itu adalah ‘Click’,
sebuah film pada tahun 2006. Adam Sandler berperan sebagai seorang kepala keluarga bernama Michael Newman.
Sebagai seorang kepala keluarga, dirinya selalu berambisi untuk memberikan segala yang terbaik bagi keluarganya, salah satunya adalah dengan berambisi untuk segera naik jabatan. Suatu hari dirinya menemukan sebuah mesin multifungsi yang cukup ‘ajaib’.
Baca juga: Bagai Burung Rajawali, Kita Harus Selalu Awas Dengan Lingkungan Baru!
Salah satu keuntungan dari mesin ini adalah
dapat membuatnya melewatkan waktu-waktu tertentu dalam hidup yang tidak ingin
dilaluinya. Contohnya, saat dirinya bertengkar dengan istri, maka ia akan
segera mengeluarkan alat ini dan langsung mempercepat waktu agar tidak mengalami konflik tersebut.
Suatu hari, atasannya berjanji kepada Michael
untuk mempromosikannya. Karena tidak sabar, Michael langsung menggunakan alat
tersebut dan melewati waktu-waktu sampai dirinya naik jabatan. Entah mengapa,
alat tersebut justru membawa Michael pada waktu dimana dirinya telah menua, lengkap dengan uban dikepalanya.
Mendapati dirinya demikian, ia jadi menyadari
kalau ada banyak hal yang telah ia lewatkan dalam kehidupannya. Meskipun
mungkin momen-momen tersebut tidak selalu menyenangkan, tapi dirinya menyesali telah melewatkannya.
Yesus, sebagai Tuhan pun tidak pernah luput
dari masalah. Bayangkan saja, sebagai manusia, Ia harus rela mengorbankan
diriNya untuk kita. Bukankah sebenarnya Ia punya banyak kesempatan untuk kabur?
Atau bahkan, bukan hal yang mustahil kalau Tuhan meminta malaikat-malaikat untuk menolongNya.
Pada Markus 15:23, “Lalu mereka memberi anggur
bercampur mur kepada-Nya, tetapi Ia menolaknya.” Setelah Yesus letih memikul salib, bukahkah sangat manusiawi kalau tubuhNya meminta minum?
Matthew Henry mengatakan kalau pada jaman
dahulu, sudah menjadi kebiasaan untuk memberikan anggur kepada orang yang
dihukum mati. Namun, mereka akan mencampur anggur tersebut dengan mur yang rasanya pahit dan memuakkan.
Meskipun begitu, anggur bercampur mur tersebut punya manfaat yang terasa seperti membius orang yang meminumnya. Bukankah kalau begitu keadaannya, seandainya Yesus meminum anggur tersebut, setidaknya kesakitan yang akan dirasakannya sedikit berkurang?
Baca juga: Mr. Smith, Si Tupai Peniru Yang Ingatkan Kita Untuk Rendah Hati
Yesus menolak minuman itu sebab Ia menyadari
bahwa Dia sedang memikul hukuman dosa seluruh umat manusia, sehingga Ia tidak
ingin melewati bagian penderitaanNya. Menikmati setiap pengalaman bersama Tuhan adalah sebuah berkat yang luar biasa bagi kita sebagai orang percaya.
Dari film ‘Click’, kita belajar kalau proses
kehidupan itu sangat penting. Justru sebenarnya, yang membuat hidup menjadi
jauh lebih indah adalah pada saat kita harus menghadapi setiap penderitaan yang
tidak menyenangkan.
Keinginan kita untuk lari, bersembunyi, marah
kepada Tuhan, merasa kalau dunia tidak adil adalah sikap-sikap manusiawi yang
sering kita alami saat mengalami hal pahit dalam hidup. Namun, melalui semua
pengalaman buruk tersebut, Tuhan menunjukkan kasihNya yang luar biasa, Ia
menyatakan karyaNya melalui setiap perjalanan pahit tersebut. Ingatlah kalau
Tuhan Yesus saja tidak pernah mengurangi rasa sakit saat menderita, walaupun
sebenarnya Ia mampu. Ia memilih untuk menikmati setiap proses tersebut bagi
kita, umatNya.