Sebagai
orangtua, tentulah kita ingin melihat anak-anak kita berhasil. Namun kadang keinginan itu bisa menyebabkan kita terlalu
melindungi mereka dari situasi dimana mereka mungkin gagal. Tapi gimana kalau
ternyata kegagalan sangat membantu anak-anak kita mengembangkan kualitas yang
diperlukan untuk sebuah kesuksesan jangka panjang dan juga untuk kesehatan rohani mereka?
Justru
sebaliknya, membesarkan mereka dengan segala harapan kesempurnaan malah akan
menghambat pertumbuhan mereka dan menghasilkan ketidakamanan seumur hidup dan juga ketakutan.
1. Kegagalan
ketika ditangani dengan benar, akan bikin anak-anak tumbuh dengan mengambil resiko yang sehat
Saya
ingat beberapa tahun yang lalu, adik saya tinggal kelas dan dia gagal dalam
ujiannya. Orangtua saya memberi dia dua pilihan, antara pindah kelas dan
memulai lagi dari kelas yang sama atau dia tetap sekolah di tempat yang sama dengan perasaan malu.
Keduanya
memiliki resiko yang berat, karena sekolah yang baru, dia harus memulai pertemanan baru lagi, sedangkan dia cukup pemalu.
Tetapi
pada akhirnya, dia mengambil resiko untuk tetap sekolah di sekolah lamanya dan
berusaha giat belajar dan mengharumkan kembali namanya dengan menjadi juara kelas serta dipilih mengikuti perlombaan.
Menurut Klint Bitter, pendeta untuk anak-anak dan siswa
di Christ Community Church di Omaha, Nebraska, bahwa anak-anak perlu merasa nyaman dengan kegagalan supaya dia bertumbuh menjadi siapa yang Tuhan inginkan.
Bukan
berarti kita menganggap gagal itu selalu normal ya, tetapi bagaimana anak-anak
kita akrab dengan kegagalan sehingga nggak bikin mereka takut ketika mereka gagal di dunia nyata ketika mereka bertumbuh dewasa.
2. Kegagalan memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan ketekukan mereka
Persis
seperti adik saya tadi. Dia tinggal kelas, namun akhirnya itu mendorong dia
bergerak cepat dan menjadi unggulan di kelasnya. Dia menjadi tekun belajar dan berusaha menguasai pelajaran yang paling dia benci sebelumnya.
Dia harus mengabaikan ajakan teman-temannya untuk bermain dan memilih belajar sendirian ketika kami sekeluarga asik menonton sinetron kesukaan kami.
Saya
menyaksikan semua itu, dan saya melihat adanya keinginan bagi adikku untuk ikutan. Namun dia berupaya memprioritaskan belajarnya.
Meskipun
itu sulit, adik saya berusaha untuk taat, karena dia telah belajar dari
kesalahannya dan dia berusaha untuk memperbaikinya. Ini juga membantunya untuk mengembangkan kesabarannya dalam menghadapi tantangan di masa depannya.
Holly Pitman, Direktur sebuah sekolah di St. Paul's United Methodist di Papillion, Nebraska, mengingatkan kita bahwa kegagalan adalah bagian dari kehidupan.
3. Kegagalan membantu anak-anak menghadapi kekecewaan diri
Anak-anak pasti gagal dalam beberapa proses kehidupannya, dijamin dan setiap kali mereka
mengalaminya, kita memiliki kesempatan untuk membantu mereka belajar mengolah kegagalan mereka secara konstruktif.
Sebagian
besar dari kita mengagumi para CEO, cendekiawan, dan atlet-atlet juga artis
-artis yang terkenal secara nasional. Tetapi kita mungkin nggak menyadari tantangan dan kemunduran yang luar biasa yang
mereka hadapi sepanjang jalan. Dalam
setiap kegagalan mereka punya pilihan, mereka menggunakan kegagalan sebagai sebuah kesempatan belajar.
Demikian
juga dengan anak-anak. Biarkan mereka menyadari bahwa mereka harus mandiri, dan
bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Jika anak-anak kita berhasil dalam segala
hal saat ini, mereka mungkin tergoda dan nggak membutuhkan Tuhan lagi.
Kegagalan, ketika dievaluasi melalui lensa biblikal yang dipimpin oleh kita
sebagai orangtua, akan menunjukkan kepada mereka bahwa kekuatan sejati mereka
berasal dari Tuhan, bukan diri mereka sendiri.
Nah,
itulah dia 3 hal yang orangtua harus ketahui mengenai kegagalan yang terjadi
pada anak. Anak harus mengalami kegagalan, dan itu tidak masalah, asal kita tetap bijak memberitahu mereka mengenai bagaimana merespon kegagalan dengan benar dan mencari jalan keluar bersama-sama di dalam
Kristus.