Meskipun sebagian
perempuan Kristen tak terlalu berminat untuk dipersunting oleh seorang pendeta. Tapi ada saja perempuan yang ingin sekali menikah dengan rohaniawan ini.
Jadi istri pendeta
memang gak gampang. Karena posisi sang suami sebagai panutan umat dalam hal kerohanian
menuntut istri-istri pendeta hidup dengan hormat, ramah, lemah lembut, dan turut terlibat aktif dalam hal kerohanian.
Karena statusnya
sebagai istri pendeta, hampir semua orang mengenal dan menaruh hormat. Tak sedikit
pula diantaranya yang bersikap baik dan menjaga sikap di depannya. Ini adalah kelebihan yang didapat dari istri pendeta.
Meskipun begitu,
hidup jadi istri pendeta di masa sekarang rupanya juga punya duka tersendiri loh.
Sebuah survei yang dilakukan oleh LifeWay
Research baru-baru ini menemukan kalau ternyata sekitar 1 dari 4 istri pendeta
gereja protestan di Amerika Serikat memilih bekerja purna waktu di luar gereja.
Sementara sekitar 1 dari 5 istri pendeta memilih bekerja dengan suaminya sebagai pelayan di gereja yang mereka pimpin.
Tantangan hidup
pasangan pendeta di jaman ini dipandang jauh berbeda dengan pasangan pendeta yang
lebih tua. Seiring dengan perubahan jaman, istri-istri pendeta di masa millennial
ini ditemukan jauh lebih frustrasi dibandingkan dengan istri pendeta yang lebih tua, khususnya dalam hal pergaulan dan juga kondisi finansial.
Sekitar 7 dari 10 istri pendeta mengaku
frustrasi karena hanya punya sedikit teman. Mereka memandang bahwa posisi mereka
sebagai istri pendeta membuat orang lain jaga jarak dan tak punya koneksi emosional yang kuat dengan orang lain.
“Selama beberapa dekade pelayananku,
peran wanita yang menikah dengan pendeta, serta wanita pada umumnya berkembang secara
radikal,” kata Kay Warren, istri pendeta Rick Warren dalam kata pengantar bukunya yang berjudul ‘Sacred Privilige’.
Kay melanjutkan,
peran istri pendeta yang melayani di gereja bersama pasangannya dan istri pendeta
yang bekerja di tempat umum terbilang begitu berbeda. Dia menilai aturan lama supaya
istri pendeta harus selalu berpakaian sopan tak lagi berlaku di jaman ini. Istri-istri yang lebih muda sudah meninggalkan aturan kuno itu.
Tantangan yang
paling sulit yang dihadapi oleh istri pendeta di jaman ini adalah soal sulitnya
membangun hubungan, menghadapi konflik di dalam gereja dan bosan dengan sikap yang berpura-pura di depan orang lain.
Saat bertemu
dengan jemaat, percakapan terdengar begitu tenang. Sebagai istri pendeta,
mereka dipaksa untuk bersikap dengan hormat dan bahkan terkesan
menyanjung-nyanjung orang lain. Hal inilah yang membuat mereka merasa gak bisa bersikap apa adanya dengan orang lain, begitu juga orang lain terhadap mereka.
Banyak
jemaat yang tidak menyadari fakta bahwa istri pendeta hanyalah orang biasa,
yang perlu dianggap sebagai teman. “Ini jelas merupakan tantangan. Dalam peran
sebagai pembawa beban, kamu bertanya-tanya apakah ada orang yang bisa
menanggung bebanmu,” kata Dorena Williamson, yang merupakan istri pendeta Gereja Strong Tower Bible di Nashville.
Secara keseluruhan,
istri pendeta mengaku kehidupan kerohanian di gereja memang berdampak positif
bagi keluarga mereka. Dimana mereka semakin bertumbuh dalam kerohanian. Meskipun
dipenuhi dengan jadwal pelayanan, banyak dari keluarga pendeta juga akan
mengambil waktu istirahat bersama dan menikmati kehidupan seperti orang-orang biasa pada umumnya.
Meski
begitu, istri pendeta juga tak jarang mendapat tekanan karena tuntutan jemaat
dan membuat mereka terserang kecemasan berlebihan, depresi dan bosan dengan
berbagai kegiatan rohani.
Tantangan-tantangan
inilah yang tak ingin dialami oleh istri pendeta di masa ini. Karena itu, tak sedikit
dari mereka memilih untuk menjalani profesi pilihan mereka di luar gereja. Sementara
pasangannya melayani secara full time
di gereja.