Gak sedikit
orangtua kerap kali terlibat dalam semua bagian kehidupan anaknya, mulai dari masalah
pendidikan, kegiatan sehari-hari sampai pertemanannya. Apa kamu salah satu tipe orangtua seperti ini, selalu mengawasi anak selama 24 jam penuh dalam hidupnya?
Berhati-hatilah,
bisa jadi itu malah berdampak buruk buat anak sendiri, baik untuk kondisi emosional, perilaku dan juga berpengaruh dengan masalah akademisnya.
Dalam sebuah penelitian, tipe orangtua semacam ini disebut dengan istilah ‘helicopter parenting’. Yang artinya, tipe orangtua yang sepenuhnya mengambil kendali atas hidup anak, seperti permainan apa yang baik dan yang gak baik buat anak, mengajar anak gimana memainkan sebuah permainan, atau bagaimana anak harus membersihkan diri setelah bermain. Mereka terlalu ketat memperlakukan anak dan bahkan cenderung menuntut melakukan apa yang mereka mau untuk dilakukan oleh anak.
Baca Juga :
Waktu Anak Bertanya Soal Malaikat, Jawablah dengan Cara Ini Parents!
Buat Semua Anak yang Baru Lulus Sekolah, Yuk Doakan 5 Hal Ini Supaya Masa Depanmu Lebih Baik
Selain berdampak
bagi emosi, perilaku dan tingkat akademis, helicopter parenting juga membuat anak kesulitan bersosialisasi di sekolah dan juga dengan lingkungannya.
“Penelitian
kami menunjukkan bahwa anak dengan tipe ‘helicopter parent’ kemungkinan kurang mampu
menghadapi tantangan seiring dengan pertumbuhan mereka, khususnya mengikuti semua
kegiatan yang kompleks di sekolah,” ucap Nicole B. Perry, salah satu penulis studi dari Universitas Minnesota.
Selain itu,
Perry juga menyampaikan bahwa anak-anak yang tidak mampu mengatur emosi dan perilaku
mereka secara efektif akan cenderung menarik diri di kelas, sulit untuk menjalin pertemanan dan sulit menjalani aktivitas di sekolah.
Hasil penelitian
yang dipublikasikan di jurnal Development Psychology ini didapatkan setelah melakukan
riset kepada 422 orang anak-anak yang menjalani bimbingan 8 tahun dan rata-rata berusia 2, 5 dan 10 tahun.
Orangtua
yang terlalu mengontrol anak sejak usia dua tahun rupanya berdampak sangat buruk bagi emosi dan perilaku umum anak di usianya yang ke 5 tahun.
Sementara penelitian
umum menemukan bahwa anak dengan kondisi emosi yang baik di usia 5 tahun sangat
mempengaruhi kondisi emosinya. Bisa dibilang anak berusia 5 tahun yang bisa mengatur
emosinya hampir tak akan pernah mengalami masalah dalam hal emosi. Anak juga akan
jauh lebih baik dalam hal bersosialisasi dan lebih produktif di sekolah saat usianya beranjak usia 10 tahun.
Kondisi ini
juga akan terus berlanjut saat anak beranjak usia 10 tahun. Ketika anak sudah mampu
mengontrol emosinya dia akan jauh lebih terhindar dari masalah emosional dan sosial. Malah, anak-anak ini akan jauh lebih berprestasi di sekolah.
“Penemuan kami
menggarisbawahi pentingnya mendidik seringkali memfokuskan orangtua pada bagaimana
mendukung anak untuk hidup mandiri dengan cara mengendalikan tantangan emosi mereka,” kata Perry.
Padahal
orangtua seharusnya membebaskan anak untuk belajar bertumbuh dalam emosi dan perilaku
mereka sendiri. Karena emosi dan perilaku adalah skill yang sangat fundamental
untuk dipelajari oleh anak. Kontrol berlebihan dari orangtua hanya akan membuat
anak justru tak mendapat kesempatan untuk belajar sendiri dari lingkungannya.
Nah, dari hasil
penelitian ini parents bisa cek ya apa
selama ini kamu jadi ‘helicopter parenting’
atau gak. Kalau ya, waktunya untuk belajar memberikan kebebasan ke anak untuk
melakukan apa yang mereka suka. Bukan berarti orangtua harus melepas anak sepenuhnya,
tapi mendidik anak untuk bisa menjadi diri mereka sendiri tanpa harus selalu
dikontrol dalam segala hal.