Ungkapan Gusti Kanjeng Ratu Hayu mengenai
dirinya yang diejek dengan sebutan kampungan saat mengucapkan terima kasih
menjadi viral di Twitter, dengan jumlah retweet 15 ribu kali dan jumlah
komentar sebanyak 500. Hal ini menjadi pusat perhatian masyarakat karena telah nampak titik minim daripada norma kesopanan yang ditengah masyarakat Indonesia.
"Nyebrang dari plaza senayan ke senayan city, ngucapin
"Makasih Pak" sama tiap satpam yg nyebrangin. Diketawain gerombolan
di belakang, bisik2 ngatain kampungan. That's called manners ma fren, were you
raised by wolves???" cuit Hayu dalam akun Twitter-nya, pada Minggu (1/7/2018).
Hayu yang merupakan putri ke-4 dari Sri Sultan Hamengkubuwono
X-Gusti Kanjeng Ratu Hemas pada mulanya heran karena tulisan dalam akun
Twitter-nya menjadi dilihat oleh begitu banyak orang. Menurut penuturannyakisah
itu berawal saat ia hendak menyeberang dari Plaza Senayan ke Senayan City
bersama satpam. Dan setelah ia sampai di seberang, ia mengucapkan terima kasih
kepada setiap satpam yang membantunya. Namun, terdengar bisik-bisik beberapa orang dibelakangnya berkata bahwa ia kampungan.
"Cuma lagi nyebrang aja di Plaza Senayan, istilah dalam
bahasa jawanya kan melipir lewat pinggir. Kan ada satpamnya yang di tempat
taksi itu, di ujung (jalan), (dan) yang di tempat penyebrangan, (ada) 4
(satpam). Ya cuma ngucapin makasih aja sih. Yang dari PS ke tengah itu sih
(kejadian dibilang kampungan), ya aku mulai dengar aja. Ya biarin aja
lah," ujarnya di Gedung Panca Gatra Lemhanas, Jl. Kebon Sirih, Jakarta Pusat seperti dikutip oleh Detik.com.
Kata ‘Kampungan’ sendiri sering dikaitkan dengan kebiasaan di
kampong,t erbelakang (tidak modern), kolot, tidak tahu sopan santun, tidak
terdidik, kurang ajar (Dilansir dari indrihapsariw.com). Bila melihat arti dari
kampungan ini sendiri, sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang dilakukan oleh
Hayu. Sebaliknya Hayu menunjukkan kesopanan dan rasa terimakasihnya kepada
satpam yang telah membantunya untuk menyeberangi jalan. Tapi, ia diejek ‘kampungan’
yang juga mengandung arti tidak sopan. Lalu, siapa yang sebenarnya tidak sopan?
Tentu orang itu sendiri. Dan apakah setiap orang yang berterimakasih adalah orang yang ‘kampungan’?
Setelah melihat peristiwa ini, pasti JCers merasa jengkel dan
beranggapan bahwa hal ini tidak baik. Perlu diketahui, siapapun orang yang
berterimakasih tidak boleh kita ejek. Karena berterimakasih merupakan suatu hal
yang baik untuk dilakukan. Belum tentu kita sendiri berkata terima kasih setiap mendapat sesuatu atau mendapatkan pertolongan.
Sebagai orang Kristen yang hidup di
dunia modern, tidak menghalangi kita untuk tetap menjaga tingkah laku kita yang
baik di tengah dunia ini. Sudah saatnya kita sadar bahwa hidup kesopanan kita
sebagi orang percaya, dipandang oleh semua orang seperti yang dikatakan oleh 1 Tesalonika 4:12. Seharusnya kita
tidak lagi hanya meresap pengajaran-pengajaran, namun mengeluarkan produk yang
nyata dari diri kita, sehingga hidup kita benar-benar mempresentasikan Kristus
dalam hidup kita.
Dan perlu diingat dalam diri kita, bahwa kita adalah ciptaan Allah yang serupa dengan Allah. Berarti, kita menurunkan sifat-sifat Allah, yang adalah kasih. Maka seperti yang dikatakan dalam dalam 1 Korintus 13:4-5, bahwa kasih tidak melakukan yang tidak sopan. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita mencerminkan sifat Allah dengan mempertahankan nilai kesopanan dalam diri kita. Biarlah kejadian ini menjadi peringatan untuk diri kita, sehingga kita selalu menunjukkan Allah dalam perbuatan maupun tutur kata kita.
Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, kamu juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan berbagi kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapatmu tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gerejamu dengan menguploadnya langsung melalui UGC di Jawaban.com, info lebih jelas KLIK DISINI.