Kadang kata-kata itu sangat menyakitkan jika tidak dipikirkan
dengan matang. Tidak hanya kalimat yang keluar dari mulut, namun nada yang kita
gunakan pun sangat mempengaruhi keadaan, hal itu karena kata-kata atau nada
yang keluar dari mulut kita memiliki kekuatan tersendiri. Itu bisa melukai hati
seseorang bahkan menyembuhkan hati orang lain. Itu dia mengapa dikatakan bahwa mulutmu adalah harimaumu.
Salomo menyarankan di Amsal 16:24 agar kita berkata yang
manis, sebab "Perkataan yang
menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang."
Nggak cukup hanya berkata manis, tetapi ada aturannya, seperti
yang dikatakan di Efesus 4:15 "tetapi dengan teguh berpegang kepada
kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah Kepala."
Artinya kita disarankan agar berbicara kebenaran yang dimotivasi dengan oleh kasih dengan jelas.
Dr. David B. Hawkins
seorang konselor di The Marriage Recovery Centre berbagi pengalamannya melalui
tulisan di Crosswalk, bagaimana itu bekerja tanpa lelah untuk bersikap dengan
lembut ketika berbicara dari hati yang penuh dengan kasih. Dia dan tim memiliki
diagram dan selebaran tips bagaimana itu mengatakan sesuatu untuk meningkatakan
kemungkinan agar pasangan dapat mendengar dan secara efektif menerima pesan dari pasangan mereka.
Sama pentingnya dengan sikap lembut mereka ketika berbicara, mereka juga harus berhati-hati agar mereka tidak mengurangi
kebenaran yang mereka sampaikan.
Yesus tentu saja bicara dengan keras mengenai kebenaran. Dia juga menegur
orang-orang Farisi beberapa kali, bahkan Dia mengatakan hal-hal dengan cara yang kadang sulit untuk didengar dan dipahami.
Suatu ketika seorang wanita bercerita kepada David mengenai kekuatirannya bagaimana ia bicara kepada
suaminya, "Saya lelah berjingkat-jingkat di samping suami saya ketika dia
mengatakan hal-hal yang menyakiti saya. Dia menyalahkan saya dan nggak menerima kritik apapun. Saya takut
bicara jujur kepadanya. Saya ingin memberi tahu dia bahwa dia telah menyakiti
saya dan saya perlu belajar cara efektif gimana memberitahukan kebenaran
kepadanya," cerita sang perempuan kepada David.
"Ada waktu untuk berbicara kebenaran dengan kelembutan,
dan ada juga waktu untuk bersikap dengan tegas. Dia mungkin nggak menerimanya,
tetapi itu bukan tanggung jawab kamu. Kamu memiliki tanggung jawab untuk mengungkapkan kebenaran dengan hormat," jawab David
Sang wanita tersebut lalu bertanya kembali "apakah saya boleh mengatakan bahwa kata-katanya sangat menyakiti saya?"
David lalu menjawab "ya."
Ada saat dimana kita harus berkata dengan hormat kepada
pasangan bahwa kata-katanya menyakitkan kita, dan biarkan kebenaran tersebut berdiri sendiri di dalam hatinya dan menegurnya.
Ada konsekuensi yang harus ditanggung ketika kita harus membicarakan kebenaran dan mendengarkannya.
Meskipun itu sakit dan sulit, tetapi lebih menyakitkan jika dipendam dan berdiri dalam kepura-puraan bukan?
Dikutip dari Crosswalk, inilah pertimbangan lainnya mengenai betapa sulitnya berkata kebenaran :
1. Mengatakan kebenaran itu adalah sebuah tanggung jawab
Meskipun sulit, tetapi berkata sebuah kebenaran adalah tanggung jawab.
Kita nggak seharusnya negosiasi terhadap siapapun jika
seseorang berkata salah apalagi tidak hormat kepada kita. Kita harus
bertanggung jawab untuk menjaga harga diri kita dan kebenaran firman Allah,
kita berhak menjaga keharmonisan satu hal yang kita bangun, dan kita berhak
memberi tahu seseorang bahwa apa yang mereka katakan dan lakukan sudah melewati
batas, tidak terhormat bahkan tidak hanya menyakiti hati kita, orang lain tetapi juga Tuhan.
2. Mengatakan kebenaran sering menakutkan
Yap! Berkata kebenaran memang sering sekali menakutkan apalagi jika itu bisa merugikan kita sendiri.
Mungkin takut dimarahi suamimu, dikritik oleh pasanganmu dan bahkan semakin konflik.
Meskipun menakutkan, bicaralah pada pasanganmu. Jangan kuatir
dia akan menghukummu dll, tetapi pikirkan bahwa kebenaran harus dikatakan demi kebaikan pernikahan atau hubunganmu.
3. Mengatakan kebenaran bisa membawa kebenaran
Inilah yang perlu kita ingat, tujuan kita mengatakan kebenaran bukan semata-mata mengatakan bahwa kita memang benar!
Tidak! Tetapi tujuannya adalah sebuah perubahan. Mengapa Yesus
mengatakan kebenaran di depan orang-orang meskipun Dia dicemooh? Karena Dia menginginkan perubahan melalui kebenaran yang Dia sampaikan.
Jika hari ini kamu hendak mengatakan
kebenaran ingatlah bahwa itu untuk sebuah perubahan yang baik!
4. Pada akhirnya, mengatakan kebenaran akan menghasilkan keberanian yang besar di masa depan.
Setelah kita berhasil menghadapi pasangan atau seseorang
dengan mengatakan sebuah kebenaran saat ini, maka ketika kita diperhadapkan
dengan masalah yang sama, dengan percaya diri dan tegas kita bisa mengatasinya.
Baik itu dalam pernikahan kamu atau cara asuh kamu terhadap anak-anak kelak.
So, biarkanlah kebenaran Allah selalu terpancar dalam dirimu
dan bicaralah kebenaran dengan kasih agar Kristus dipermuliakan dan adanya
perubahan yang jauh lebih baik dalam kehidupanmu.
Rindu untuk sharing mengenai masalah pernikahan dan hatimu?
Mari, hubungi kami di SAHABAT 24 : Telepon (1-500-224; 0811-9914-240) atau SMS ( 0817-0300-5566)