Presiden
Filipina Rodrigo Duterte baru-baru ini membentuk sebuah komite untuk menyusun
rencana dialog bersama dengan Gereja Katolik Filipina. Hal ini dilakukan
menyusul pernyataan kontroversial yang disampaikan Duterte kepada Gereja Katolik dan juga ucapannya yang dianggap tidak menghormati Tuhan.
Juru bicara
presiden Harry Roque menyampaikan hal ini dalam konferensi pers di Kota Davao, Filipina pada hari ini Selasa (26/6).
“Dia membentuk
komite 3 orang untuk berdialog dengan Gereja (Katolik). Temanya adalah
bagaimana mengurangi keretakan antara pemerintah dan Gereja,” ucap Roque, seperti dikutip dari Rapler.com, Selasa (26/6).
Adapun ketiga
orang yang dimaksud terdiri dari Harry Roque, Wakil Menteri Luar Negeri Ernesto
Abella, dan juga mantan juru bicara presiden yang saat menjabat sebagai anggota
Komisi EDSA Boy Saycon. Saycon sendiri ditugaskan untuk menjangkau Konferensi Waligereja Filipina (CBCP).
Rogue menjelaskan, dialog bersama ini diharap bisa jadi pintu untuk mengajak gereja bekerja bersama pemerintah untuk melayani masyarakat. “Presiden (Rodrigo Duterte) berpikir akan lebih baik membuka dialog karena pemerintah dan gereja hanya melayani satu masyarakat,” katanya.
Baca Juga :
Sadis! Gereja Katolik Filipina Pakai Khotbah Lawan Presiden Duterte
Tak Suka Ucapannya, Duterte Suruh Pembencinya Komplain ke Tuhan
Sayangnya, sesaat
setelah dirinya membentuk komite dialog Duterte menyampaikan sambutan yang berisi
hujatan kepada Tuhan. Dia mempertanyakan kisah penciptaan Adam dan Hawa dan menyebut bahwa Tuhan itu ‘bodoh’ karena membiarkan godaan merusak ciptaanNya.
Pernyataan ini
akhirnya menjadi kontroversi di berbagai kalangan, termasuk munculnya kritik dari pemimpin Gereja Katolik.
Duterte lalu
mengklarifikasi pernyataan tersebut pada hari Senin (25/6) kemarin dan menyampaikan
bahwa dirinya tak bermaksud menghina Tuhan. “Saya tidak mengatakan bahwa Tuhan saya
adalah domba. Apa yang saya katakan adalah Tuhanmu bukan Tuhanku karena Tuhanmu bodoh. Tuhanku punya akal sehat,” ucapnya.
Meski banyak
orang tak terima dengan pernyataan tersebut, Roque dalam jumpa persnya menyampaikan
pembelaan terhadap Duterte. Dia meminta supaya semua orang bisa memakluminya karena presiden juga hanyalah ‘manusia biasa’.
“Mari kita menerima apa yang dikatakan Presiden dalam konteks kebebasan ini,” terangnya.
Dia juga tak
memungkiri kalau pemimpin Gereja Katolik sendiri bahkan menyampaikan kata-kata kasar
kepada Duterte selama kampanye 2016 lalu. Namun, presiden menahan diri untuk menanggapinya.
“Ada kata-kata menyakitkan yang ditujukan kepada presiden oleh gereja yang tidak ditanggapi selama dua tahun ini,” kata Roque.
Ketegangan hubungan
antara Duterte dengan pihak Gereja Katolik diduga munculdari pengalaman tak
mengenakkan di masa lalu. Dalam sebuah kesaksian, Duterte pernah menyampaikan bahwa
dirinya pernah dilecehkan secara seksual oleh seorang imam Gereja Katolik. Hal ini
diduga kuat membuat Duterte kehilangan kepercayaan kepada para pemimpin gereja dan
membuatnya sangat kritis terhadap gereja.
Tapi bagaimanapun,
sebagai pemimpin negara sudah seharusnya Duterte berdamai dengan masa lalunya
dan memimpin dengan cara yang tepat, bukan karena sentimen pribadi terhadap lembaga
tertentu.