Media sosial sedikit banyak sudah
jadi bagian dari kita. Sedikit-sedikit, kita akan mengunggah sebuah status yang
menceritakan kebosanan kita, sedang bersama siapa, lengkap dengan foto makanan
yang disantap tadi siang. Bahkan buat beberapa orang mereka menceritakan kisah percintaan, keluarga, sampai kekecewaan mereka melalui media sosial.
Beberapa waktu ke belakang, informasi personal seperti itu biasanya akan kita simpan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan omongan. Kehidupan dewasa ini nampak sangat berbeda. Batasan antara hal-hal yang bersifat pribadi dan umum nampaknya sedikit tidak jelas. Beberapa menganggap kalau sharing atau berbagi tentang permasalahan pribadi seakan-akan diterima melalui media sosial.
Baca juga: Kapankah Waktu Yang Tepat Untuk Melibatkan Tuhan?
Apakah oversharing itu?
Oversharing adalah sebuah
tindakan saat kita berbagi kepada khalayak, bisa melalui orang lain maupun media sosial secara berlebihan.
Sikap ini membuat kita cenderung merasa sangat butuh menceritakan sesuatu pada orang lain.
Memang apa salahnya oversharing?
Kita selalu diingatkan untuk
datang pada Tuhan terlebih dahulu sebelum mengadu pada orang lain. Media sosial
memang nampaknya indah, sebab kita bisa menerima banyak simpati dari sana.
Namun tidak selalu dibenarkan untuk dilakukan. Menggunakan media sosial seperti
buku harian dan
memperlakukan teman-teman virtual di sana seperti tempat 'pelarian' bisa menimbulkan konsekuensi.
Kebiasaan ini bisa membuat kita
berada dalam bahaya, terutama saat kita sudah mengungkapkan terlalu banyak
fakta tentang kehidupan pribadi kita dan hal ini diterima oleh orang yang
salah. Bayangkan kalau orang tersebut mengambil kesempatan ini untuk mencelakakan kita.
Biasanya, mereka melakukan kebiasaan ini dengan beberapa alasan, diantaranya:
1. Untuk menarik simpati
Berbagi tentang kesalahan yang pernah kita lakukan melalui media sosial akan sangat di benarkan jika tujuannya adalah untuk menolong orang lain untuk belajar melalui kisah kita tersebut. Tapi sayangnya, kebanyakan orang oversharing melakukan hal ini agar dikasihani. Orang yang oversharing biasanya mengharapkan simpati dari lawan bicara saat menceritakan hal-hal yang bersifat sangat pribadi.
Baca juga: Single Bikin Kita Jadi Teman Terbaik Karena 4 Alasan Ini
2. Pengin cepat dekat dengan seseorang
Kebanyakan orang akan membangun
sebuah kedekatan terlebih dahulu sebelum akhirnya percaya untuk menceritakan
hal-hal yang bersifat pribadi. Tidak bagi mereka yang punya kebiasaan
oversharing, tanpa adanya kepercayaan dan hubungan yang baik pun dirinya akan
tetap menceritakan kisahnya. Sikap ini cenderung egois sebab biasanya mereka
yang oversharing tidak peduli kalau orang lain sebenarnya tidak nyaman atas sikapnya ini.
3. Mencoba jadi diri sendiri
Kebiasaannya dalam menceritakan
segala hal di media sosial dianggap sebagai sebuah upayanya dalam bersikap
jujur dengan diri sendiri. Padahal, dengan kita menceritakan atau membagikan
cerita kehidupan yang sangat pribadi tidak menjamin kalau dirinya telah jujur pada dirinya sendiri.
Sebelum kita berbagi informasi
dengan orang lain, cobalah untuk bertanya pada diri sendiri tentang alasan
mengapa kita harus melakukannya. Apakah untuk mendapat simpati? Atau karena
memang orang tersebut adalah orang yang bisa dipercaya?
Cobalah pikirkan kembali alasan
dan apa konsekuensi yang akan terjadi jika melakukan hal tersebut. Ingat deh,
kita tetap bisa jadi orang yang up to date dan jujur walau tidak menceritakan
segala hal yang terjadi dalam kehidupan kita, kok.